Sukses

Mengeruk Rupiah Lewat Bisnis Barang Bekas

Sebagian orang menyadari barang bekas mempunyai nilai ekonomi yang setara dengan emas.

Liputan6.com, Jakarta Pepatah “One (wo)man’s trash is another (wo)man’s treasure” menggambarkan fenomena bisnis barang-barang ‘bekas pakai’ yang dikenal dengan istilah preloved atau secondhand. Tentu saja tak semua barang bekas memiliki nilai jual tinggi, tetapi barang bekas biasanya barang dengan merk high-end yang umumnya memiliki butik di lantai dasar mal-mal ibukota.

Sekarang wanita tak lagi gengsi memakai tas atau sepatu bekas. Mengapa demikian? pasalnya kini barang bekas tak lagi menjadi hal yang tabu. Sekarang wanita justru banyak yang bangga kalau berhasil membeli barang preloved dengan harga miring dan berkualitas bagus.

 

Memang, kebutuhan kaum wanita untuk "menampilkan yang terbaru" bisa mengalahkan gengsi untuk memakai barang bekas,
namun ketika berurusan dengan merk-merk besar seperti Hermes atau Chanel, nilai investasi tas-tas bermerk ini bisa dikatakan tidak kalah dengan emas.

Harga tas-tas tersebut justru naik di tahun-tahun berikutnya. Untuk itu, banyak wanita rela merogoh kocek yang dalam untuk membeli tas mahal dengan harapan dapat kembali berlipat ganda di masa depan. Saat atribut tertentu dipakai oleh selebritis, maka atribut tersebut memiliki nilai jual yang semakin menarik orang untuk membelinya.

Semakin banyak wanita yang memakai merk tertentu, semakin tinggi nilai jual merk tersebut. Sebut saja Louis Vuitton, Chanel, dan Hermes yang posisinya superior di kalangan merk lainnya. Walaupun demikian, tidak semua merk memiliki nilai jual tinggi saat dijual lagi. Tak jarang merk popular di suatu masa dan menghilang dalam jangka waktu singkat. Penggemar barang bermerk sebaiknya memperhatikan merk-merk klasik yang long lasting dan tak merugikan bila dijual kembali.

Dilansir dari beberapa sumber, Senin (7/11/2015), berikut beberapa pengusaha muda yang sukses mengeruk rupiah dari bisnis barang bekas.

Second Chance Bag 
Kenaikan harga tas-tas branded adalah sulut yang menggerakkan Karen Wijaya menjalankan bisnis tas bekas. “Teman-teman banyak punya tas yang hanya sekali pakai, sementara banyak orang yang pingin beli tas tapi harganya melunjak tinggi,” ujar Karen. Akhirnya Karen menampung tas-tas bekas dan terus berlangsung hingga saat ini. Sistem yang dijalankan Karen adalah consignment (pemilik menitipkan tasnya dengan harga yang diinginkan, kemudian Karen menentukan harga jual di butik) atau beli putus.

Bebelian
Barang-barang selebritis Hollywood yang dijual kepada umum di website ebay memunculkan ide Khairiyyah Sari untuk membuat website yang menjual barang-barang selebritis lokal. Sari yang berduet dengan Dewi Rezer menjadi wadah bagi teman-teman artisnya yang ingin melepas barang-barang branded sejak 2011. Bebelian juga menawarkan sepatu, ikat pinggang dan kacamata. Sari melakukan kurasi secara personal terhadap barang second yang dititipkan pada toko virtualnya dengan cara menjemput langsung si item pada sang pemilik. Dengan sistem consignment, Sari menaikkan harga 10%-20% dari setiap item yang dijual.

The Showroom 
Michelle Worth sang pemilik butik ini menyediakan lantai 2 bagi teman-temannya yang ingin menjual barang branded yang tak lagi terpakai. Biaya sewa berkisar 1,5 juta per bulan untuk 25 pieces, atau 3 juta per bulan untuk 50 pieces (masing-masing paket minimal 3 bulan. Nama-nama seperti Shanti, Whulandary hingga Mike Lewis adalah klien dari Michelle.

Sebelum Anda memutuskan untuk membeli barang bekas, ada baiknya ikuti juga tips berikut.

- Perhatikan testimoni dari pelanggan-pelanggan sebelumnya Hati-hati memilih penjual. Jumlah follower di instagram bukan jaminan.
- Riset terlebih dahulu detail barang yang ingin dibeli menghindari barang palsu
- Seller yang melayani Cash On Delivery atau memiliki showroom lebih aman

(Elisa T)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.