Sukses

Warga Desa India Tanam 111 Pohon Tiap Seorang Bayi Lahir

Sebuah desa di India bernama Piplantri melakukan sebuah tradisi menanam ratusan pohon untuk memperingati kelahiran bayi perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah komunitas di Rajasthan, India mempraktikkan kembali tradisi lama dengan cara yang berbeda. Dilansir dari mymodernmet.com, Senin (23/5/2016), setiap anak perempuan lahir di desa Piplantri, seluruh warga setempat akan merayakannya dengan menanam 111 pohon baru.

Tradisi ini dimulai ketika Kiran, putri seorang mantan kepala desa meninggal di usia dini. Setelah kejadian tersebut, ayah Kiran berjanji bahwa ia akan membuat semua orang di desa tersebut menghargai kehidupan setiap gadis yang ada di sana.
Sampai sekarang, telah ada 250.000 pohon yang ditanam untuk menghormati setiap kelahiran anak perempuan di tempat tersebut.

Selain ramah lingkungan, tradisi ini juga mengangkat derajat wanita yang biasanya direndahkan.

Warga desa Piplantri akan menanam 111 pohon setiap ada kelahiran bayi perempuan baru di sana. Sumber : mymodernmet.com

Tidak hanya itu, sebagai bagian dari tradisi, warga Piplantri juga mengumpulkan 21.000 rupee dan 10.000 rupee dari orang tua bayi yang baru saja lahir, dan menggunakan seluruhnya untuk kehidupan sang anak sampai ia berusia 20 tahun.

Lidah buaya menjadi sumber penghasilan utama dari desa Piplantri. Sumber : mymodernmet.com

Lidah buaya menjadi sumber penghasilan utama dari desa Piplantri. Sumber : mymodernmet.com

Setiap orang tua yang baru saja melahirkan bayinya juga wajib menandatangani surat pernyataan hukum yang menyatakan bahwa anak perempuannya akan menerima pendidikan yang layak, tidak menikah sebelum ia mencapai usia 18 tahun, dan pohon-pohon yang ditanam untuk memperingati kehadiran dirinya akan diurus dengan baik.

Ada perjanjian bahwa orang tua sang bayi harus merawat pohon yang ditanam untuk mereka dengan baik. Sumber : mymodernmet.com

Seluruh penduduk desa sangat cermat dalam merawat semua pohon yang ada, seperti menanamnya di dekat tanaman lidah buaya agar terhindar dari rayap.
Saat ini hutan dan lidah buaya menjadi penghasilan utama masyarakat desa ini. Mereka sadar bahwa lidah buaya dapat diolah dan dipasarkan dalam berbagai cara, seperti jus, gel, dan acar.
Tidak hanya itu, mereka juga mengundang para ahli untuk melatih kaum wanita di desa tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini