Sukses

Xiamen, Mutiara Baru Tiongkok

Xiamen yang dahulu hanyalah sebuah kota kecil, kini berubah menjadi kota industri yang diakui dunia.

Liputan6.com, Jakarta Dari kota kecil yang tidak terlihat, Xiamen kini menjadi kota industri yang diakui dunia. Salah satu provinsi di China ini juga telah menjadi tujuan wisata mancanegara.

Dalam kunjungan ke Xiamen Tiongkok akhir Oktober 2017, terlihat bagaimana kota ini mulai unjuk gigi seperti kota-kota besar China lainnya Senzen,  Guangzhou, dan bahkan Beijing. Yang menarik ini, selain sebagai kota industri, Xiamen sangat mempersiapkan diri untuk menjadi kota tujuan wisata.

“Kalau yang orang kaya pasti pre-weddingnya di Bali. Tapi kalau yang biasa-biasa saja preweddingnya di Xiamen. Kenapa begitu? Karena nuansa Xiamen sebagai kota pelabuhan memang mirip Bali. Banyak pantai dan cuacanya cukup bersahabat,” celoteh Surinah, guide yang menemani kami saat berkunjung ke Xiamen, China akhir Oktober 2017.  

Di sepanjang pantai di Kota Xiamen memang banyak sekali anak muda yang melakukan pemotretan dengan gaun berwarna putih dan setelan jas hitam. “Tapi mereka bukan orang Xiamen asli. Mereka datang dari berbagai kota di China. Karena kalau yang kaya raya perginya tetap ke Bali,” katanya sambil tertawa.

 

 

Satu destinasi yang paling diminati adalah Pulau Piano. Surinah mengisahkan, awalnya pulau tersebut dibangun oleh pedagang-pedagang dari Spanyol. Mereka kerap memainkan musik dengan piano yang mereka bawa.

“Katanya sih ada ribuan piano yang dibawa ke pulau ini. Makanya gerbang pelabuhannya dibuat menyerupai bentuk Piano,” jelasnya. Untuk sampai ke pulau tersebut, wisatawan bisa membeli tiket kapal Feri dengan harga 20 Yuan atau setara dengan Rp 40 ribu. Sedangkan wisatawan lokal bisa membeli tiket dengan harga yang lebih murah yakni 8 Yuan saja atau sekitar Rp 16 ribu.

Sesampainya di Pulau Piano, wisatawan bisa menyusuri pulau yang dihuni oleh 22.000 jiwa itu dengan berjalan kaki. “Kira-kira butuh waktu sekitar 3 sampai 4 jam,” tukas Surinah.

Tapi, jika ingin cepat, bisa membeli tiket mobil listrik dengan harga sekitar 10 Yuan atau sekitar Rp 20 ribu. “Kalau naik mobil cuma butuh 30 menit untuk melihat semua pulau ini,” tambahnya.

 

Serunya lagi, jika kuat berjalan kaki bisa lebih menikmati pemandangan indah yang ada di pulau peninggalan orang-orang Spanyol tersebut. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi oleh bangunan eksotis yang indah. Kalau pun lapar banyak kafe dan restoran seafood yang menyajikan hidangan laut segar.

“Kalau capek nanti minum air kelapa muda dan makan seafood. Sudah seperti di Indonesia atau Bali saja ya,” kata Surinah.

Surinah bukan asal bicara. Dia cukup akrab dengan Indonesia. Wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Xiamen, China ini pernah menghabiskan waktu cukup lama di Kota Bogor dan mengambil kuliah di Institut Pertanian Bogor ( IPB ).

Selama empat tahun berada di Indonesia, Ibu dua anak ini juga menyempatkan pergi ke tempat-tempat wisata lain di Indonesia, terutama Bali dan Yogyakarta.

Ilmu yang dibawa Surinah dari IPB sangat berguna untuk diterapkan di Xiamen. Kota pelabuhan yang tadinya kurang hijau, sekarang rimbun dengan pepohonan besar yang ditanam sejak sepuluh tahun lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Infrastruktur Kota

Sejak sepuluh tahun lalu Xiamen dan kota-kota lainnya di China memang mendapat prioritas dari pemerintah. Pembangunan infrastruktur seperti jalan umum hingga jalan tol dikebut pengerjaannya. Pantai-pantai yang awalnya batu karang ditimbun pasir hingga menjadi pantai yang cantik. Banyak pepohonan ditanam di pinggir jalan. Transportasi umum seperti bus hingga MRT juga disiapkan untuk memudahkan masyarakat beraktivitas.

“Kalau saya tidak salah ingat, semua yang terlihat baru ini dibangun sekitar sepuluh tahun lalu,” ceritanya.

Demikian pula dengan kampung-kampung yang tadinya kumuh. Pemerintah Xiamen yang dibantu oleh pemerintah pusat, membangun banyak rumah susun layak huni untuk masyarakat. Beberapa tempat yang punya nilai historis tinggi diubah menjadi kampung wisata.

Dengan bermodal kisah menarik, tempat belanja dan tempat kuliner, dalam waktu singkat kampung-kampung tersebut menjadi tujuan wisata dari masyarakat, baik itu masyarakat China sendiri maupun masyarakat internasional.

Tidak ada kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Masyarakat rela berjalan kaki sekitar 4 km untuk menikmati jejeran toko cenderamata, toko makanan hingga restoran yang ditata sangat rapi dan menarik. Camilan jalanan yang dijajakan pun menggugah selera. Mulai dari cumi, udang, gurita sampai yang ekstrem, seperti kalajengking juga tersedia. Semua bisa dibeli per tusuk dengan harga antara 10 hingga 25 Yuan atau setara Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu.

Jika ingin yang segar-segar, wisatawan bisa menikmati jalan sambil makan cemilan buah segar yang banyak ditemui. Harganya cukup bersahabat, 1 kg mangga dijual dengan harga 10 Yuan atau setara Rp 20 ribu.

Sebagai kota pelabuhan Xiamen juga terus meningkatkan kualitas industri perkapalannya. Satu perusahaan daerah yang menangani pembuatan kapal sudah berhasil membuka jalur perdagangan ke Eropa. Rata-rata yang dibuat adalah kapal besar dengan daya angkut 20 sampai dengan 35 ribu kontainer.

Kualitas kapal besar produksi Xiamen sudah berhasil bersaing dengan kualitas produsen Eropa. Bahkan ada negara yang sudah memesan 6 buah kapal besar dengan kapasitas lebih dari 80 ribu kontainer.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.