Sukses

Siap-Siap Keringetan Makan Soto Gobyos Bu Teler

Jika Anda sedang berada di sekitar Malioboro dalam keadaan lapar yang luar biasa, berkunjung ke warung soto ini jadi pilihan yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda sedang berada di Malioboro saat pagi hari kemudian merasakan lapar yang luar biasa, Anda dapat menuju ke Pasar Patuk Kota Jogja yang lokasinya tidak jauh dari Malioboro. Sebab, di kios Pasar Patuk no 1 Jalan Bhayangkara Patuk Gondomanan Jogja ada warung soto Gobyos Bu Hadi atau soto Gobyos Bu Teler. Dinamakan "Soto Bu Teler" karena Hadi Mulyono ini merupakan penjual es Teler yang kondang pada tahun 70-an. Soto yang dijualnya hampir sama dengan soto pada umumnya. Namun, cita rasa yang khas membuat soto ini selalu laris habis setiap hari.

"Buka jam setengah enam sampai jam satu siang. Biasanya sebelum jam dua belas sudah habis," ujarnya Selasa (25/7/2017).

Warungnya dinamai soto Gobyos karena beberapa alasan, salah satunya karena sensasi rasa pedasnya yang khas. Sensasi rasa pedas inilah yang membuat keringat keluar sehingga disebut "gobyos".

"Jadi Lombok diuleg, makan pas panas ditambah pedas lalu keringetan gembroyos. Itu akhirnya dinamakan Gobyos," ujarnya.

Sejak tahun 2001, ia memulai usaha soto Gobyosnya. Per mangkuk soto dihargai Rp 10-15 ribu. 

"Coba cari soto yang enak dengan harga sepuluh ribu sekarang. Susah, punya saya sudah kenyang sepuluh ribu," ujarnya.

Terkait es teler yang pernah tenar, saat ini sudah dilanjutkan oleh anaknya. Tidak hanya es teler tapi juga baksonya. Es teler miliknya mulai dilanjutkan anaknya sejak tahun 2012 lalu. Warung es telernya baru buka pada pukul sembilan pagi dengan harga Rp 15 ribu per mangkuk.

"Tahun 70 itu wah yang antre dari sini sampai sana jauh mas. Dulu pertama 50 rupiah. Masih jadi minuman mewah," ujarnya.

Hadi mengaku, ia merupakan pionir dari penjual es teler di Yogyakarta. Sebab, ciri khas dari es teler adalah di dalam racikan buahnya yang harus menampilkan buah durian. Sementara, durian saat ini tidak banyak yang menyajikan dalam es teler. Selain durian masih ada lagi alpukat, degan, kolang-kaling, sawo, nangka, susu, melon, dan blewah. Waktu itu setidaknya harga es telernya di angka 50 rupiah.

"Bakso tahun 80 ,es teler 70 awalnya es teler. Awal mulanya saya. Saya sudah pakai duren. Kalo ga ada durennya bukan es teler. Harus pakai duren," ujarnya. 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.