Sukses

Ritual Rejepan, Merawat Budaya Melestarikan Tradisi

Tradisi Rejepan dilaksanakan rutin di tiap desa-desa lereng gunung pada bulan Rajab, yaitu antara tanggal 10 sampai 15.

Liputan6.com, Jakarta Kepala desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Agus Parmuji menganggap, kekentalan adat, kerukunan, dan tradisi gotong-royong masih mengakar di desa-desa yang ada di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau.

Hal tersebut dibuktikan, tiap di bulan Rajab, hampir semua desa di lereng-lereng gunung menggelar ritual demi kelestarian tradisi.

Agus mengatakan, setelah terdengar bunyi kentongan sekitar pukul 7.30, warga berbondong-bondong menuju punden, yaitu tempat yang dikeramatkan, sambil membawa rakitan yang dibawa dengan tenong dan bakul yang berisikan ingkung, sejenis olahan ayam, lanyahan (sayur mayur, tempe, krupuk), ketan salak (wajik merah, ketan putih), dan pisang rojo.

"Ini tradisi yang sudah turun-temurun dari nenek moyang, dengan maksud dan tujuan mendoakan leluhur atau pepunden yang diyakini telah mampu membawa perubahan di daerah tersebut dan juga sebuah penghormatan kepada leluhur," kata Agus di Temanggung, Jumat (7/4/2017).

Menurut cerita dari mulut ke mulut, leluhur lereng pegunungan adalah seorang ulama pembawa bibit tembakau yang dikenal dengan nama Ki Ageng Makukuhan.

Menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk terus menjaga dan merawat ragam budaya, adat istiadat, dan tradisi.

"Ki Ageng Makukuhan diyakini masyarakat setempat merupakan seorang Wali Allah yang bertugas menyebarkan ilmu keagamaan di daerah pegunungan dan juga seorang ahli pertanian," ungkap Agus.

Menurut cerita yang berkembang, tembakau diambil dari kata "tambaku" yang bermakna "obatku", maksudnya adalah obat kelaparan atau obat keterpurukan masyarakat pada zaman dahulu. Dari tanaman ini konon masyarakat setempat bisa bertahan hidup.

Tradisi Rejepan sendiri dilakukan rutin di setiap desa-desa pada bulan Rajab, yaitu antara tanggal 10 sampai 15, kemudian pada siang hari dilanjutkan "Njereng Gamelan" atau pentas kesenian adat ritual sebagai bentuk perawatan keanekaragaman budaya, adat istiadat, dan tradisi.

"Ini tugas dan tanggung jawab bersama untuk menjaga dan merawat ragam budaya, adat istiadat, dan tradisi," kata Agus menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini