Sukses

Suka Mengikuti Tren Kuliner Baru? Waspadai Carbo Addict

Trend kuliner baru bisa menjebak generasi muda terjangkit diabetes dan hipertensi.

Liputan6.com, Jakarta Dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, banyak resiko penyakit yang muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini disampaikan oleh drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, Kasubdit Pengendalian Diabetes Melitus & Penyakit Metabolik pada Jakarta Food Editor’s Club Gathering (18/10/2016).

“Kalau dulu penyakit menular adalah masalah utama, kini penyakit tidak menular menjadi silent killer,” ujar drg. Dyah.

Menurut data yang disebutkan oleh drg. Dyah, penyebab kematian yang paling tinggi adalah dari stroke 21.1 persen, jantung 12,9 persen, diabetes 6,7 persen, dan hipertensi 5,3 persen. Ternyata, penyakit stroke dan gangguan jantung dipicu oleh diabetes dan hipertensi yang sangat dekat dengan gaya hidup yang tidak sehat. Seperti tidak memperhatikan waktu makan, asupan gizi yang diterima tubuh hingga kurangnya keinginan berolahraga karena padatnya pekerjaan.

“Masyarakat kita ternyata terbawa arus industrialisasi, tidak menjadi diri sendiri sehingga tidak research apa kebutuhan dirinya. Bandingkan dengan Jepang yang tidak terbawa arus, sehingga tubuh mereka tetap slim dan berumur panjang,” terang drg. Dyah.

Salah satu contoh yang diberikan Drg. Dyah adalah, kebiasaan generasi muda Indonesia yang gemar mencari café baru untuk memenuhi kebutuhan lifestyle. Bila sudah ada tempat baru, seringkali mereka mengajak rekannya untuk datang dan menikmati makanan disana. Namun makanan tersebut ternyata tidak dibutuhkan oleh tubuhnya, memiliki kandungan gula dan karbohidrat yang tinggi.

Kebiasaan seperti ini membuat generasi muda berpotensi untuk menderita carbo addict. Carbo addict adalah kondisi dimana tubuh mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat hingga pada fase kecanduan tanpa disadari. Bila hal ini dibiarkan berlanjut, maka tubuh akan berpotensi menderita obesitas dan penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.