Sukses

Kata Warga Australia soal Tayangan yang Dianggap Rugikan Bali

Tayangan televisi Australia di Channel 9 Perth, dianggap merusak citra pariwisata Bali. Lantas bagaimana tanggapan warga Australia?

Liputan6.com, Jakarta Sebuah tayangan televisi Australia, Channel 9 Perth, dianggap merusak citra pariwisata Bali. Tayangan itu awalnya menguraikan tentang masalah global, tetapi kesimpulan tayangan tersebut berujung soal kejelekan Bali.

Namun demikian, ternyata tayangan itu tidak terlalu mempengaruhi keinginan warga Australia untuk berkunjung ke Bali. Seorang warga Australia bernama Tom mengungkapkan itu kepada Liputan6.com, Kamis (23/6/2016).

"Normalnya orang yang mau melancong ke Bali atau Thailand tidak peduli dengan hal itu," kata pria yang hobi traveling ini.

Tom mengaku sering melihat tayangan peringatan traveling yang disiarkan oleh channel televisi di Australia. Namun, siaran itu lebih dinilai sebagai peringatan kehati-hatian atas penyakit yang mungkin menular.

"Biasanya peringatan ini adalah untuk semua negara, termasuk Amerika Selatan dan Afrika. Namun tayangan itu bukan untuk mencegah warga bepergian ke luar negeri. Peringatan tentang kesehatan dan keselamatan sangat sering di Australia," tutur pria yang sudah lima kali datang ke Bali ini.

Ia menuturkan, warga Australia biasanya memeriksakan kesehatannya sebelum dan setelah berpergian dari luar negeri. Bahkan ketika seorang warga baru datang dari luar negeri dan terlihat sakit, petugas akan menanyakan dan memeriksa kesehatan orang itu terlebih dulu.

Sebelumnya, General Manajer PT Bali Unicorn yang membawahi beberapa hotel dan vila serta mal di Bali, I Wayan Puspa Negara, menganggap tayangan Channel 9 Perth itu dapat mempengaruhi kunjungan turis Australia ke Bali, yang tentu akan merugikan pariwisata Bali dan Indonesia pada umumnya.

"Dengan gamblang sang presenter menyampaikan jika Bali itu tertular virus Zika, banyak nyamuk demam berdarah serta gelombang laut dan angin kencang. Ada juga ajakan yang agar warga Australia untuk tidak pergi ke Bali dalam beberapa bulan ke depan,"‎ katanya di Kuta, Rabu (22/6/2016).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.