Sukses

Mengenang Ismail Marzuki, Musisi Salon yang Bergaya Parlente

Ismail Marzuki merupakan sosok seniman musik seutuhnya yang pernah dimiliki Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tidak tahu Taman Ismail Marzuki? Taman seni yang ada di jantung Ibu Kota ini kerap menjadi tempat kongko anak muda lintas profesi dan komunitas. Namun, tahukah Anda siapa Ismail Marzuki? Ismail Marzuki merupakan seniman musik asli Betawi yang banyak menciptakan lagu-lagu bernnapaskan kebangsaan.

Menurut buku Ketoprak Jakarta, dalam suatu tulisan Ahmad Naroth yang berjudul "Ismail Marzuki Anak Kwitang" yang dikutip Kamis (10/3/2016) diceritakan, sebelum menjadi seniman musik yang menguasai berbagai alat musik, Ma’ing, panggilan akrab Ismail Marzuki, sejak kecil telah mengenal berbagai jenis musik. “Di rumah Pak Marzuki (orangtua Ismail Marzuki), terdapat piringan hitam yang cukup banyak. Ada lagu keroncong cokek, gambus, dan aneka ragam lagi. Jadi, sejak kanak-kanak Ismail sudah asyik dengan lagu-lagu," tulis Ahmad Naroth.

Berkembang bersama musik, Ismail Marzuki tumbuh dewasa menjadi pemuda yang parlente dan selalu rapi. Ismail sempat bekerja di suatu perusahaan musik KK Knies di Noordwijk, yang kini menjadi Jalan Haji Juanda. Di perusahaan musik tempatnya, Ismail Marzuki membantu menjual piringan hitam. Dari pekerjaannya itu, Ismail terus mengembangkan pengetahuannya tentang musik.

Tak hanya itu, kegemarannya akan musik membawa dirinya masuk perkumpulan Orkes Lief Java, pimpinan Hugo Dumas pada 1935. Hugo Dumas merupakan pegawai tinggi pada Departement van Justitie (Departemen Kehakiman), yang juga menjadi agen di perusahaan musik tempat Ismail Marzuki bekerja.

Menurut Ahmad Naroth, Ismail Marzuki merupakan sosok seniman musik seutuhnya. Ia bercerita bagaimana Ismail Marzuki menolak tawaran main di pesta pernikahan demi menjaga martabat seniman musik.

“Masa itu, pemain musik mempunyai citra buruk di mata sebagian orang, sampai dijuluki ‘buaya keroncong’. Karena pengaruh itu, Lief Java (perkumpulan musik tempat Ismail Marzuki bernaung) tidak menerima panggilan main di pesta pernikahan,” tulis Ahmad Naroth.

Meski dijuluki sebagai "seniman salon" karena menolak main di pesta pernikahan, bukan berarti karya-karya Ismail Mkarzuki tidak merakyat. Dari kecemerlangan Ismail Marzuki justru lahir berbagai lagu kebangsaan yang lekat dengan rakyat. Lagu-lagu seperti "Bisikan Tanah Air", "Indonesia Tanah Pusaka", dan "Gagah Perwira" merupakan beberapa lagu yang sengaja digubahnya untuk menyebarkan semangat perjuangan dan kemerdekaan.

Pada 25 Mei 1958, sang maestro Ismail Marzuki berpulang. Seniman musik yang berhasil melukiskan Revolusi Indonesia melalui gubahan lagu ini wafat di usianya yang ke-44. Untuk mengenang kecemerlangan Ismail Marzuki, Pusat Kesenian Jakarta yang menjadi wadah bagi berbagai seniman lintas generasi di Jakarta bernaung, dibubuhi namanya menjadi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini