Sukses

Hati-Hati, Genetika Bisa Pengaruhi Rasa Gelisah

Penelitian terbaru menemukan bahwa genetika bisa berpengaruh terhadap rasa gelisah, cemas, khawatir, hingga depresi seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Seringkali, saran yang kita berikan kepada orang yang sedang dirundung rasa gelisah hanyalah dengan mengucapkan hal-hal seperti `hentikan dan lupakan saja itu` atau `cepatlah untuk move on`. Ucapan tersebut biasanya tebersit karena kepercayaan bahwa seseorang tersebut hanya melebih-lebihkan fokus terhadap kekhawatiran mereka.

Penelitian terbaru University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, menemukan hal yang berkebalikan. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa terdapat rasa gelisah, cemas, atau khawatir (bisa juga berakhir dengan depresi) yang sebenarnya diwariskan dari orang tua.

Mereka menempatkan monyet-monyet dalam situasi kecemasan selagi memindai kondisi otak dan menganalisis kondisi suasana hati. Reaksi monyet dari keturunan monyet `mudah cemas` lebih buruk dibanding yang tidak. Terhitung hingga 30 persen yang dirasakan monyet-monyet bisa dikaitkan dengan gen dari orang tua mereka.

Para ilmuwan menggunakan monyet sebagai media kontrol dan non-kontrol dibanding manusia karena monyet mempunyai analog reaksi yang sama ketika dihadapkan kondisi stres. Dengan kata lain, penelitian tersebut menyatakan bahwa kegelisahan didorong oleh genetika mengutip dari Life Hack, Rabu (5/8/2015).

Jadi, apabila Anda mengetahui bahwa salah satu orang tua memang cukup mudah untuk merasa gelisah, cemas, khawatir, hingga menderita depresi, maka sudah sepantasnya Anda berupaya mencari cara menanggulanginya. (Auf/Ibo)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini