Sukses

Pengelola Bonbin Singapura Kagumi Taman Safari Sampai Ragunan

Begini pendapat pengelola kebun binatang Singapura tentang Ragunan dan Taman Safari Indonesia

Liputan6.com, Singapura Wildlife Reserves Singapore (WRS) yang mengelola Singapore Zoo, River Safari, Night Safari dan Jurong Bird Park mengagumi sejumlah kebun binatang (bonbin) di Indonesia. Kerjasama pinjaman ataupun pertukaran satwa pun terjalin cukup erat tanpa melupakan pelestarian maupun pengembangbiakkan satwa-satwa tersebut. Director Zoology WRS, Kumar Pillai menceritakan hubungan baik antara WRS dengan pengelola kebun binatang Taman Safari, Ragunan, Kebun Binatang Surabaya, Kebun Binatang Gembira Loka, Kebun Binatang Maharani di Indonesia. Salah satunya dengan pertukaran satwa.

"Kami melakukan beberapa pertukaran satwa bernilai sangat tinggi. Bahkan Presiden Indonesia pernah memberikan komodo kepada kami sebagai hadiah di 1996. Sekarang kami punya dua camp komodo, satunya dilahirkan. Spesies ini membutuhkan izin dari Presiden," terang dia kepada wartawan di Singapura, belum lama ini. Selain spesies Komodo, sambung Pillai, perlu izin Departemen Kehutanan. Jika pertukaran satwa disepakati, lanjutnya, WRS mulai mengurus proses impor satwa. Sementara dengan kebun binatang lain, proses pertukaran satwa sebelumnya menyusun kesepakatan. Lalu mengajukan permohonan kepada otoritas di Indonesia dan Singapura.

"Jika keduanya sama-sama oke, pertukaran bisa terjadi. Dalam setahun, bisa satu atau dua tergantung satwa yang kami butuhkan. Kadang kami menerima satwa sebagai pinjaman dan donasi," terang Pillai. Ia mengatakan bahwa pertukaran satwa pernah terealisasi. Contohnya saja dari kebun binatang di Yogyakarta, pihaknya memperoleh satwa komodo, babi rusa dari kebun binatang di Surabaya. Termasuk satwa monyet berhidung panjang atau bekantan (proboscis monkey). "Kami juga berikan hewan yang bisa ditukar atau nyari dana promosi. Di luar Indonesia nggak ada lagi yang punya proboscis monkey jika Indonesia nggak membantu kami. Kami benar-benar sangat membutuhkan Indonesia, butuh komodo dan proboscis monkey supaya kebun binatang kami bisa terus berkembang," ungkapnya.

Lebih jauh dirinya menilai, kebun binatang di Indonesia sangat menarik dengan jumlah pengunjung fantastis. Pillai memuji Taman Safari Bogor, Bali Safari, Ragunan, kebun binatang Surabaya. "Taman Safari Bogor nomor satu, kami mungkin nomor dua. Tapi sekarang Bali Safari sangat baik, atraksi bagus. Kebun binatang Surabaya memiliki banyak koleksi hewan yang baik. Dan jumlah pengunjung Ragunan bisa sampai ratusan ribu per hari, saya terkejut sebab pengunjung Singapore Zoo 1,7 juta per tahun," jelas Pillai. Dirinya menyoroti kebun binatang di Amerika Serikat (AS) yang hampir memenuhi seluruh kriteria

Memiliki tren atau strategi yang sangat sulit ditiru kebun binatang lain. Sebagai contoh saat musim dingin, pengelola  memindahkan para hewan di area khusus. Begitupa saat memasuki musim semi, sehingga musim-musim tertentu pengunjung hanya bisa melihat beberapa satwa. "Kebun binatang di AS juga punya bangunan yang besar dan lengkap dengan pengatur iklim. Bisa dibekukan, bisa hangat pada suhu berapa saja. Mereka juga menampilkan satwa dengan cara apik dan konservasi paling kuat," tegas Pillai.

Namun tidak mau kalah, Pillai mengaku, WRS memiliki organisasi konservasi satwa liar yang terdiri dari tim terkemuka, seperti peneliti, ilmuwan, dokter hewan yang bekerja di berbagai belahan dunia. Kini jumlahnya ada 300 orang. "Kami punya departemen konservasi, mendanai bersama meningkatkan proyek satwa. Ada 8 proyek di Indonesia. Jumlah proyek terbanyak yang kami miliki, di Malaysia 2 proyek, 1 proyek di Laos 1, Vietnam 2 proyek, Myanmar 1 proyek dan Kamboja 2 proyek," papar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini