Sukses

Pawai Genital Pria di Koleksi Rick Owens,Paris Men’s Fashion Week

Sebagian rancangan busana dari desainer Rick Owens di Paris Men's Fashion Week menampilkan genitaal para model prianya.

Liputan6.com, Paris Seniman Renaissance asal Italia, Michaelangelo (1475-1564), membuat sebuah patung pria telanjang yang bernama `David`. Coba google tentang karya ini dan banyak dari Anda mungkin sudah cukup familiar dengan patung tersebut. Mungkin pula ini adalah patung pria tanpa busana paling terkenal di seluruh dunia.

Ketelanjangan manusia sudah diekspresikan dalam bentuk karya seni sejak lama. Yunani kuno merupakan satu masa yang terkenal akan hal ini. Dalam perkembangan sejarah, ketelanjangan ditempatkan dalam sudut pandang berbeda-beda oleh budaya-budaya di berbagai penjuru Bumi, merayakan atau menutup ketelanjangan.

Bagaimana ketelanjangan didefinisikan tentu merupakan sebuah persoalan tersendiri dalam peradaban manusia. Diskusi yang terjadi bisa mengerucut pada reduksi ketelanjangan kepada bagian tubuh tertentu. Bila umumnya tak menjadi masalah jika seorang pria hanya menutup genitalnya tanpa menutup dadanya, maka wanita punya tugas ekstra untuk menutup dadanya yang `berbuah`.

Penyanyi tenar masa kini, Miley Cyrus, merupakan salah satu pendukung kampanye `Free the Nipple`. Yakni sebuah kampanye yang melawan penindasan dari perangkat hukum yang mengkriminalkan telanjang dada wanita sedangkan pria dilegalkan untuk bertelanjang dada. Beranjak lebih jauh dari kampanye ini, sebuah statement lugas tentang tubuh manusia dilayangkan di glamornya dunia fesyen.

Kamis 22 Januari 2015, desainer asal Amerika, Rick Owens, menampilkan koleksi Fall Winter 2015 di Paris Men’s Fashion Week. Di antara rancangan-rancangan yang ditampilkan, sebagian menghentak mata para tamu dan kemudian menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Beberapa busananya memiliki lubang di bagian genital dan penis para model terlihat. Hashtag #DickOwens kemudian beredar di internet.

Bahwa puting payudara wanita ditunjukkan dalam beberapa fashion show, misalnya di show Erdem, Christopher Kane, dan Tom Ford pada London Fashion Week tahun lalu, apa yang ditampilkan oleh Owens di pagelaran busana kali ini jelas berada pada level yang berbeda. Ini tentu menjadi satu petunjuk tersendiri tentang bagaimana Paris memaknai freedom of expression, sebagaimana juga Charlie Hebdo tumbuh di sana.

Namun bahasan tentang freedom of expression pada realita fesyen Owens ini punya dimensi yang berbeda dengan Charlie Hebdo. Yang bisa menjadi satu objek garapan diskusi dari rancangan-rancangannya adalah mengenai bagaimana pria pun tak luput dari problematika kontrol sosial budaya atas tubuhnya. Persoalan membongkar bungkus konsep-konsep sosial budya tentang tubuh manusia merupakan satu hal yang perlu mendapat pemikiran mendalam demi kondisi kemanusiaan itu sendiri.

“Saya melewati patung-patung marmer telanjang di taman setiap hari dan patung-patung itu benar merupakan sebuah visi sensualitas tapi juga visi kemuliaan dan kebebasan,” ucap Owens mengenai kontroversi dari koleksi rancangan busananya seperti dikutip dari situs berita fesyen Women’s Wear Daily Pada Selasa (27/1/2015).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini