Sukses

Zaman Dulu Main Erhu Harus Sembunyi-Sembunyi, Mengapa?

Erhu merupakan alat musik khas Tionghoa yang kini mulai banyak dimainkan masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Dahulu belum banyak yang mengenal alat musik tradisional China ini. Setelah Imlek dirayakan dan menjadi hari libur nasional di Indonesia, kebudayaan China lambat laun mulai menampakkan diri, salah satunya adalah alat musik erhu. Budi Christianto, salah seorang pemain alat musik erhu saat ditemui Liputan6.com beberapa waktu lalu mengatakan, dirinya merasa bersyukur kini erhu bisa dimainkan tanpa harus sembunyi-sembunyi seperti zaman dulu. 

"Dulu setelah 65 ada banyak hal yang terjadi. Kita terkekang. Gak berani main di tempat umum. Main erhunya di rumah. Itu pun rumahnya harus ditutup. Kami takut dipersalahkan. Bisa kena urusan nanti," ungkap Budi.

Padahal waktu itu bermain dan belajar erhu murni untuk berkesenian. Jauh dari anggapan penguasa saat itu yang menghubungkan dengan kepentingan politik tertentu.

"Waktu itu tidak tahu politik. Saya cuma pengen belajar main Erhu meneruskan leluhur saya. Gak paham politik apa-apa. Tapi karena takut kena urusan ya akhirnya belajar maininnya sembunyi-sembunyi," kata Budi yang juga asli warga Solo. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah Erhu

Budi menjelaskan, erhu merupakan alat musik asal Tiongkok berbentuk mirip dengan rebab (alat musik tradisional Jawa) yang dimainkan dengan digesek. Saat ini hanya sebagian orang yang dapat memainkan alat musik ini, salah satunya adalah Budi sendiri.

Ia mengatakan erhu adalah alat musik tradisional yang dulunya dimainkan oleh suku Hu (suku pengembara) yang ditiru oleh orang Han.

"Erhu sendiri memiliki arti dari yaitu "Er" yang berarti dua. Ini karena alat musik erhu menggunakan dua senar. Sedangkan "Hu" adalah adalah nama suku pengembara yang pertama kali membuat atau memopulerkannya," ujar Budi menjelaskan.

 

3 dari 3 halaman

Alat Musik Erhu

Budi menyebut setidaknya ada tiga bagian erhu, pertama neck atau leher biasa terbuat dari kayu. Bagian ini memiliki dua senar yang digesek dan bernada dasar D dan A. Kedua adalah mimbran yang biasa terbuat dari kulit kuda atau kulit ular.

"Biasanya kulit ular python. Ketiga alat gesek pakai ekor kuda sebagai bagian utamanya," kata pria berumur 64 tahun ini.

Budi mengaku sudah memainkan musik ini sejak umur 10 tahun. Ia belajar memainkan erhu pertama kali dari kakeknya dan memperdalam ilmu tentang alat musik ini di Tiongkok.

"Awalnya saya belajar dari keluarga. Kemudian saya belajar sampai Tiongkok. Tepatnya di Sian dan Shanghai," kata Budi. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.