Sukses

Akulturasi Jawa-Tionghoa, Imlek Dirayakan Lewat Grebeg Sudiro

Solo kembali merayakan keberagaman untuk menyambut Tahun Baru Imlek lewat Grebeg Sudiro.

 
Liputan6.com, Jakarta Solo kembali merayakan keberagaman untuk menyambut Tahun Baru Imlek lewat Grebeg Sudiro. Sudah lebih dari satu dekade, perpaduan akulturasi Jawa dan Tionghoa ini begitu langgeng bertahan hingga saat ini. Pun pada Imlek 2569 ini, Grebeg Sudiro tetap bertahan dan menyedot belasan ribu warga dan wisatawan.
 
Suara tambur bering-iringan dengan gerak cepat penari barongsai dan liong. Liukan mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi ribuan warga yang menyaksikan Grebeg Sudiro yang bertema Melestarikan Budaya Bangsa untuk Merajut Kebhinekaan. 
 
Walau cuaca panas tak membuat warga ini surut untuk larut dalam peristiwa merayakan keberagaman ini. Acara yang seharusnya dimulai pukul 14.00 WIB, warga sudah mulai berdatangan sejak pukul 12.00 WIB. Kirab sendiri dibuka secara langsung oleh Walikota Solo, FX Hady Rudyatmo pukul 14.30 WIB. 
 
Grebeg Sudiro kali ini lebih beragam. Bukan hanya menyajikan kirab dengan ikon Tionghoa lewat kostum dari mitologi China dan gunungan sebagai simbol Jawa. Tetapi pada momen ini ada juga kelompok musik hadrah rebana. Walhasil suara hadrah rebana menyatu bersama dengan iringan tambur. 
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ribuan Peserta Kirab

Kelompok bela diri dari Nahdliyin, Pagar Nusa juga terlihat di kirab ini. Mereka jalan beriringan untuk mengawal peserta kirab yang membawa jodang dan gunungan yang berisikan potensi masing-masing kampung di Solo. Ada yang berisi buah-buahan, bolang baling, bakpao dan kue khas Imlek yaitu kue kranjang. 
 
Ada sekitar 1.500 perserta kirab dalam tradisi Grebeg Sudiro. Selain penari liong barongsai dan kelompok musik hadrah, ada juga penari-penari muda dari berbagai sanggar di Solo. Mahasiswa dari perwakilan daerah di Nusantara yang mengenakan pakaian adat masing-masing menambah rasa keberagaman kirab ini. 
 
 
3 dari 3 halaman

Rute Kirab

Rute kirab ini berawal dari Pasar Gede Hardjonagoro menuju Jalan Sudirman, Mayor Kusmanto, Kapten Mulyadi, Jalan Juanda, Urip Sumoharjo. Lanta kirab berakhir di Pasar Gede. 
 
Kirab ini memang mengambil area Pasar Gede sebagai pusatnya. Maklum Pasar Gede yang terletak di Kelurahan Sudiroprajan ini menjadi salah satu ikon pluralisme Jawa-Tiongho di Solo. 
 
Ketua Panitia Grebeg Sudiro, Bul Hartomo menjelaskan peserta kirab Grebeg Sudiro selain dari warga dan instansi kelurahan Sudiroprajan juga melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Solo. 
 
"Setiap Pokdarwis itu mengeluarkan potensinya masing-masing. Kalau dari Sudiroprajan memilih kuliner bolang baling, kue kranjang dan bakpao sebagai potensi yang diikutsertakan dalam kirab itu," ungkap Bul Hartomo kepada Liputan6.com, Minggu (11/2/2018)
 
Satu hal yang ikonik dari Grebeg Sudiro adalah menyebar kue kranjang. Panitia menyediakan 4.000 kue krajang yang disebar ke masyarakat. "Kue krajang disebar dari lanta 2 Pasar Gede Barat, " tuturnya.  
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.