Sukses

Tradisi Jemparingan Jadi Daya Tarik Wisata Yogyakarta

Tradisi jemparingan atau tradisi memanah kuno dalam budaya Mataram tengah dikembangkan untuk jadi daya tarik wisata.

Liputan6.com, Jakarta
 
Jemparing atau tradisi panahan dalam budaya Mataram kini tengah dikembangkan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tradisi panahan kuno yang menjadi ciri khas DIY ini akan menjadi pemanis atraksi wisata di Yogyakarta. 
 
Umar Priyono, Kepala Dinas kebudayaan DIY kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu mengatakan, tradisi jemparingan akan diangkat pada skala nasional. Acaranya sendiri baru akan mulai dilaksanakan pada Mei 2018.  
"Kita kerja sama dengan kementerian jadi ada yang intens tentang jemparingan baik nasional dan international," ujar Umar.
 
Bertajuk "Indonesiana Jemparingan", kegiatan ini akan dikuratori langsung kementerian kebudayaan. Jemparingan menjadi acara milik Yogyakarta karena di Yogyakarta masih banyak komunitas panahan gaya mataraman ini.
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Beragam Acara

Selama acara ini akan ada workshop seputar jemparingan mulai dari panahan hingga tarian jemparingan. Bahkan tariannya ini masih dilakukan di Keraton Yogyakarta. 
"Jemparingan ada olahraganya ada tariannya juga ada, itu di keraton jadi ini agenda nasional ini hal sangat baru," ujarnya.
 
Nantinya acara akan digelar dibeberapa tempat mulai di Kepatihan, Keraton hingga di Museum Sonobudoyo. Namun, ia belum mengetahui jadwal pasti karena masih berkordinasi dengan Dirjen Kebudayaan.
 
"Agenda jemparingan akan ada hanya disini nanti. Kita sepakat dengan dirjen untuk acaranya. Ada workshop mungkin di kepatihan, tarian di sini di keraton," ujarnya. 
 
3 dari 3 halaman

Aturan dalam Jemparingan

Jemparingan sendiri punya aturan, pemanah harus mengenai bandul putih dengan warna merah di atasnya yang digantung dengan tali sebagai sasaran tembaknya. Ada bunyi lonceng yang menandai jika anak panah itu tertancap pada bandul tersebut.

Pemanah juga harus duduk dengan posisi bersila dengan jarak 30 meter dari sasaran, kemudian pemain harus menembakan anak panah ke bandul putih yang menggantung dengan panjang kira-kira 30 centimeter. Biasanya, pemanah diberi kesempatan menembak dalam 20 rambahan (ronde), setiap rondenya ada empat anak panah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini