Sukses

Enam Hari Tak Terlupakan Bagi Peserta Jelajah Tanahumba

Ini Dia 6 Hari Penuh Aksi dalam Perhelatan Jelajah Tanahumba

Liputan6.com, Sumba Selama 14-19 November 2017, menjadi enam hari yang tak terlupakan bagi 60 peserta Indonesia Adventure Festival (IAF) 2017. Pasalnya, mereka diajak berpetualang menelusuri alam dan budaya Pulau Sumba.

"Kami berikan ke mereka paket wisata dengan tagline Jelajah Tanahumba," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sumba Timur, Maramba Meha.

Ia mengatakan, dalam agenda tersebut wisatawan dan peserta diajak berkeliling ke pantai, air terjun, dan padang sabana, Mereka juga melihat upacara adat, pembuatan kain tenun tradisional, bersantap hidangan khas Sumba, camping di padang sabana satu hari, dan menginap di hotel pada malam terakhir.

"Dan ada yang spesial adalah dan para peserta dan wisatawan diajak tinggal bersama penduduk di rumah adat selama tiga hari," ucap Maramba.

Peserta dibagi dalam tiga tim, yakni adventure, culture, dan fotografi. Peserta sendiri terdiri dari blogger, fotografer, media dan pelaku pariwisata lainnya. Mereka berpetualang menjelajahi empat kabupaten yang ada di Sumba, mulai dari Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sumba Barat, hingga Sumba Timur.

"Setiap hari mereka ada yang berpencar, ada yang menikmati bersama. Tapi malamnya akan kembali kumpul dalam satu titik, semuanya akan meng-explore Sumba," kata Maramba.

Dijelaskan Yudi Umbu T.T.Rawambaku, Kepala seksi Analisi Data Pasar Pariwisata Sumba Timur, dengan mengambil tema Jelajah Tanahumba, pada hari pertama peserta langsung menuju rumah budaya di Sumba Barat Daya. Kemudian, bersama-sama melakukan visit ke Sumba Hospitality School.

Sorenya, mereka bersama menikmati sunset di Pantai Menangah Aba. Lalu, pada malam harinya, menikmati Welcome Ceremony yang disambut langsung Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumba Barat Daya, Christofel Horo.

"Hari kedua, seluruh peserta hunting ke Situs Kampung Wainyapu," ujar Yudi.

Kampung Wainyapu adalah kampung dengan rumah adat (Uma Kalada) yang masih asli berjumlah 60 unit rumah dan terpelihara dengan baik. Kampung adat ini memiliki daya tarik karena keaslian rumah adat dan batu-batu kubur megalit yang unik sebanyak 1.058 buah, serta perilaku hidup masyarakat yang terus mempertahankan adat istiadat kuno dan tradisi Marapu.

Setelah itu, tim adventure dan fotografi melanjutkan ke Bawana. Sorenya, bertemu di titik kumpul di kampung Weetabar.

"Di kampung ini sedang dibangun beberapa rumah kampung tarung dalam menghadapi ritual podu. Peserta menginap di sini. Kami yakin mereka akan terpesona semua," ucap Yudi.

Keesokan harinya, peserta adventure hunting ke Air Terjun Lapopu, air terjun tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Tapi tim culture dan fotografer tetap di kampung tarung untuk lihat ritual Kampung Tarung Marapu," kata Yudi.

Malamnya, wisatawan akan kemping di Padang Savana Mamboro, tepatnya di Kecamatan Mamboro.

"Mereka mengelilingi api unggun dan diiringi lagu etnik dengan musik jungga dan beberapa tarian, seperti tari kataga," ujar Yudi.

Pada hari ke-empat, peserta akan menikmati matahari terbit di Pantai Sunrise.

"Setelah itu ada atraksi pacuan kuda di pantai dan kemudian menuju Sumba Timur melewati pantai utara," ucap Yudi.

Dari Tengah ke Timur lebih petualangan, tim adventure menyusuri Air terjun Tanggedu, yang mirip Grand Canyon. Tim fotografer mengeksplorasi Puru Kambera, berburu foto di pemandangan pegunungan savana dengan puluhan kuda liar maupun hewan lainnya.

Sementara itu, tim culture mengunjungi Kampung Adat Wunga, kampung pertama dan tertua di Sumba Timur yang didirikan oleh nenek moyang orang Sumba yang berasal dari Malaka Tanabara. Di sana, dapat ditemukan rumah-rumah adat Sumba, tenun ikat, dan kuburan batu.

"Sorenya, seluruh tim bergabung menikmati sunset di Pantai Walakiri dan berangkat ke kampung Pau Umabara untuk bermalam di sana," kata Yudi.

Di kampung Pau Umabara ini, tim culture akan bekajar tenun ikat. Tim fotografer sendiri, sejak jam 3 pagi telah menuju Pantai Watu Parunu untuk mengabadikan momen sunrise, dan tim adventure menuju air terjun Waimarang.

"Usai kegiatan itu, mereka kembali berkumpul di kampung ini menikmati fashion contemporer," ujar Yudi.

Kemudian mereka balik ke Kota Waingapu dan menuju Bukit Wairinding. Ada satu spot yang sangat memukau dengan pemandangan hamparan bukit-bukit hijau kecil yang sangat luas. Mereka pun dapat bersantai di rumput sambil menikmati momen sunset.

"Ini menjadi spot terakhir dari petualangan mereka. Malamnya, ditutup dengan farewell dinner, dimana semua peserta mengenakan pakaian Adat Sumba," ucap Yudi.

Dalam acara farewell party, Pemerinmtah Kapubaten Sumba Timur menyampaikan apresiasinya.

"Terimakasih atas dukungannya sehingga acara ini sukses digelar. Bantu kami memviralkan dan mempromosikan Sumba dengan segala kelebihan dan kekurangannya," kata Bupati Sumba Timur, Gidion Mbliyora, saat memberikan sambutan dalam farewell party di Rumah Jabatan.

Baginya, alam Sumba yang istimewa ini dikemas dengan gaya nama extreme, exotic, explore, dan expose (4E). Sumba itu memiliki karakteristik budaya yang berbeda tiap kabupaten, baharinya juga. Terlebih lagi, sekarang ada resort terbaik Nihiwatu.

"Bantu viralkan dan datang kembali. Kami akan menyambut dengan bahagia," ujar Gidion.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sendiri melihat ada yang fenomenal dalam kegiatan tersebut. Bersama dengan Way2East sebagai penyelenggara, terlihat Pemda dan DPRD empat kabupaten Sumba bersatu untuk menyukseskan acara ini.

"Ini membanggakan kami," ucap Kabid Promosi Wisata Bahari, Florida Pardosi, yang bersama Kabid Promosi Wisata Alam, Hendry Noviardi, turun langsung mengawal even ini.

Florida mengambil contoh Kawasan Danau Toba, di mana tujuh kabupaten yang berada disekitar danau vulkanik ini bersatu untuk mengembangkan pariwisata.

"Ini menjadi modal penting dan penyemangat kami untuk mengeksplore dan mempromosikan Pulau Sumba agar semakin mendunia," kata dia.

Acara Indonesia Adventure Festival sebelumnya pernah diselenggarakan di Lembata pada 2014 dan Alor pada 2016.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pun ikut merasa senang dengan suksesnya kegiatan ini. Menurutnya, dari segi Amenitas, Atraksi, dan Aksebilitas (3A), di Pulau Sumba sudah sangat lengkap, tinggal mengemasnya agar menjadi atraksi yang memikat dunia.

"Ayo, kita bersama bangun pariwisata Sumba. Bersama kita bisa," ujarnya.

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.