Sukses

Kemenpar & ICCC Memantik Sinergitas Kota Kreatif untuk Pariwisata

Kemenpar dan ICCC, Memantik Sinergitas Kota Kreatif untuk Pariwisata

Liputan6.com, Makassar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung acara Workshop “Strategi Membangun Kota Kreatif Pariwisata" yang digelar di Hotel Gammara, Makassar, pada Sabtu (9/9/2017). Acara ini merupakan kerja sama Kemenpar dengan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC).

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, yang didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Pertemuan dan Konvensi Asdep Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah, Eddy Susilo, mengatakan bahwa acara tersebut sangat bermanfaat dalam memantik sinergi Kota Kreatif Pariwisata Indonesia untuk mendatangkan wisatawan.

”Gol-nya adalah, bagaimana kami bisa bersinergi dengan semua pihak. Badan Ekonomi kreatif maupun penthahelix pariwisata lainnya. Karena saat ini kondisinya adalah bukan hanya karena bentangan alam para wisatawan hadir, namun juga karena kreatifnya kota tersebut dalam mendatangkan wisatawan,” ujar Esthy.

Lebih lanjut, Eddy mengatakan, ada beberapa kota yang memiliki kreatifitas tinggi dan bisa mendatangkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

"Semoga Makassar juga lahir kreatifitas- kreatifitas sumber daya manusianya yang bisa menjadi daya tarik pariwisata di Makassar itu sendiri,” ucap Eddy.

Dalam acara workshop tersebut, hadir dan menjadi pembicara Pelaku Usaha dan juga Sekjen ICCN, Arief Budiman serta konsultan, creativepreneur, dan penulis buku, Affi Khresna. Eddy melanjutkan, perkembangan kota kreatif di suatu negara tidak terlepas dari usaha pemerintah dan para pelaku kreatif di kota tersebut. Pemerintah selaku fasilitator harus mendukung segala daya upaya untuk dilakukan oleh para pelaku kreatif dalam mengembangkan kreativitas dan meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat.

Ia mengatakan, sinergitas itu menempatkan kreativitas sebagai faktor strategis untuk pembangunan berkelanjutan dengan melibatkan semua pihak terkait, yaitu pemerintah, swasta, organisasi profesional, komunitas, dan institusi budaya.

”Jadi nantinya, pasca workshop ini bisa dirancang untuk memfasilitasi proses pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan sumber daya antara anggotanya sebagai jalan untuk mengangkat industri kreatif lokal dan menumbuhkan kerja sama di seluruh dunia dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Dan pastinya, untuk pariwisata Indonesia,” kata Eddy.

Sekadar informasi, di Indonesia, pada 2014, pemerintah telah memfasilitasi empat kota untuk dapat secara resmi masuk dalam jaringan Creative City Network, yaitu Bandung dan Surakarta sebagai Kota Design, serta Yogyakarta dan Pekalongan sebagai Kota Craft and folk art. Pada akhirnya, yang menjadi bagian dari CCN adalah Pekalongan dan Bandung. Saat ini, sudah puluhan kota yang masuk ke dalam Kota Kreatif.

Arief Budiman pun mengucapkan terima kasih kepada Kemenpar yang bersedia mendukung berlangsungnya acara tersebut. Acara yang juga masuk ke dalam rangkaian Makassar Eight Festival itu bisa berjalan dengan sukses berkat dukungan Kemenpar.

”Ini poinnya adalah workshop yang akan membuka pemahaman para masyarakat untuk bisa berpikir kreatif dalam menyusun strategi kota kreatif sampai ke case study komunikasi kota kreatif pariwisata,” ujar Arief.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menambahkan, kota kreatif harus memiliki inkubator start up company, tempat anak-anak muda mengembangkan ide, mengasah kreativitas, dan membangun usaha baru.

"Di inkubator, generasi muda dibina dan dipersiapkan untuk berani bersaing dengan nilai kreatifnya, sebelum produk yang dihasilkan dilepas ke pasar dan ke wisatawan," ucap Arief Yahya.

Menurutnya, modal semangat saja tidak cukup untuk membina anak-anak muda berbinis dengan basis digital. Salah satu caranya, semua tahapan creativity to commerce (C-2-C) harus dijalankan langkah demi langkah.

”Harus ada pengujian apakah produk start up dibutuhkan pasar atau tidak. Validasi pasar harus dilakukan di setiap level. Jika tidak dibutuhkan pasar, hentikan sebelum naik ke level berikut. Industri kreatif bukan hanya start up berbasis digital. Industri kreatif juga berlaku di bidang lainnya, termasuk pariwisata,” kata Arief Yahya.


(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini