Sukses

Wisata Tumbuh Pesat, Banyuwangi Bangun Harvest Resort & Village

Pembangunan Harvest Resort & Village dilakukan untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan pariwisata Banyuwangi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas baru saja meresmikan Harvest Resort & Village di Banyuwangi, akhir pekan kemarin. Dengan hadirnya resort tersebut, amenitas berbintang empat bertambah lagi di Banyuwangi. Kehadiran resort ini juga diprediksi makin memantapkan Kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa ini dalam bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition). 

Lokasi hotelnya terbilang sangat strategis. Letaknya ada di Kecamatan Licin yang notabene merupakan salah satu basecamp untuk menuju kawasan wisata Ijen. Jadi selain MICE, destinasi Ijen bisa sekalian dinikmati tamu yang datang ke Banyuwangi.

"Banyuwangi letaknya strategis karena dekat dengan Bali. Banyuwangi itu indah dan jika ingin menjadi destinasi wisata unggulan, Banyuwangi harus punya bandara internasional," ungkap Arief Yahya, menurut informasi yang diterima Liputan6.com.

Hal ini tidak terlepas dari upaya sang bupati yang terus mendorong Banyuwangi sebagai destinasi wisata unggulan dengan promosi besar-besaran. Mendorong lewat festival-festival, pembangunan destinasi baru dan pembangunan infrastruktur . Dan semuanya dilakukan untuk mendukung mobilitas wisatawan dari dan ke Banyuwangi. Saat ini saja, sudah ada dua penerbangan baru langsung dari Jakarta. Sementara dari Bali masih memanfaatkan jalur darat.

Di kesempatan yang sama, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, dirinya hanya memberikan perizinan untuk pembangunan hotel bintang 3 dan bintang 4 serta homestay. Izin tidak akan diberikan untuk pembangunan hotel kelas Melati.

"Kita sengaja hanya beri izin hotel berbintang dan homestay sebagai bagian dari kontrol tata kota. Saya tidak akan izinkan dibangun hotel Melati. Karena terbukti hotel Melati hanya menjual jam-jam-an untuk sesuati yang tidak benar," kata Bupati Anas yang disambut gelak tawa hadirin.

Pengendalian pendirian hotel ini sengaja dilakukan guna menjaga iklim investasi di Banyuwangi. Saat tak ada kontrol, dikhawatirkan akan memunculkan persaingan yang tidak sehat.

Seperti diketahui, sejumlah hotel berbintang berjejaring kini dibangun di Banyuwangi. Di antaranya, jaringan Hotel Aston dan Hotel Agastya. Pembangunan Hotel Aston yang berlokasi di Jalan Brawijaya telah dimulai sejak Oktober 2016 lalu. Hotel delapan lantai tersebut diproyeksi mulai beroperasi Oktober mendatang. Sementara itu, pembangunan Hotel Agastya yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, juga terus berlangsung.

Anas mengatakan, pengusaha hotel menanamkan investasi di Bumi Blambangan murni pertimbangan bisnis. Artinya, pihak investor telah menghitung return of investment (ROI) alias rasio provitabilitas. Untuk itu, pihak Pemerintah Daerah menargetkan Banyuwangi menjadi Kota MICE.

“Selama ini orang lebih memilih Kota Batu, Surabaya, Bali untuk lokasi rapat. Kalau mereka memilih Banyuwangi, bisa jadi jumlah kamar hotel yang ada saat ini akan kurang. Nah, saat itu terjadi, izin pendirian hotel baru akan dibuka kembali, sehingga investor bisa mendapatkan kepastian,” pungkasnya.

Simak juga video menarik berikut ini:



Amenitas yang Masih Kurang

Sementara, owner Harvest Resort & Village, Aminoto mengatakan, sejak lama yakin Banyuwangi bakal tumbuh pesat. Sebab itu dirinya tidak ragu berinvestasi membangun hotel di negeri Sunrise of Java ini.

"Ini sebagai dukungan kita atas tumbuh pesatnya pariwisata di Banyuwangi. Kami melihat dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan di Banyuwangi terus meningkat dan kebutuhan amenitasnya masih kurang," kata Aminoto.

Dengan nilai investasi lebih dari Rp 50 miliar, Harvest Resort & Village ini menyasar kelas menengah ke atas. Dengan jumlah kamar sebanyak 40 kamar, tingkat okupansinya ditarget mencapai 80 persen.

"Kita baru buka dua bulan saja okupansinya sudah 20-50 persen dimana sebagian besar tamunya adalah wisatawan asing. Nantinya jumlah kamar akan terus kita tambah dan kami optimis okupansinya bisa mencapai 80 persen. Karena makin lama makin banyak orang yang datang ke Banyuwangi," ungkap Aminoto.

Apa yang dikatakan Aminoto ini faktanya memang benar. Akhir-akhir ini, atau di momen-momen tertentu, kamar hotel di Banyuwangi kerap terisi penuh. Banyak yang tidak kebagian kamar sehingga terpaksa menginap di kota tetangga seperti Jember. Bahkan pernah terjadi rombongan Anggota DPR RI yang terpaksa putar balik ke Surabaya karena tidak kebagian kamar hotel saat melakukan kunjungan kerja ke Banyuwangi.

Aminoto melanjutkan, pihaknya akan terus berekspansi bila pertumbuhan wisatawan di Banyuwangi makin besar dengan membangun hotel lainnya. Menurutnya langkah ini tidak kontra produktif dengan program pemerintah yang menggalakkan homestay karena beda segmen.

"Saya sangat mendukung program homestay yang dicanangkan Kemenpar karena memang itu sangat dibutuhkan dengan meningkatnya kunjungan. Tapi bagian kami menangani yang kelas menengah ke atas karena itu juga masih dibutuhkan. Banyak kantor-kantor perusahaan atau instansi juga membutuhkan fasilitas ballroom," tambah Aminoto.

Pariwisata Banyuwangi Tumbuh Pesat

Pengembangan industri pariwisata di Banyuwangi begitu cepat. Data menunjukan kenaikan jumlah wisman dan wisnus yang fenomenal dibanding dengan "Beyond Bali destinations" lainnya di Indonesia.

Tahun 2016 tercatat lebih dari 4,6 Juta wisnus yang berkunjung ke Banyuwangi, melonjak 85 persen dari tahun 2015 dengan 2,5 juta Wisnus, dan jumlah tersebut hampir tiga kali lipat jumlah penduduk Banyuwangi, sebanyak 1,6 juta warga.

Sedangkan kunjungan wisman tahun lalu juga tumbuh 33 persen dan mencapai 141 ribu wisman, sebelumnya sebesar 105 ribu wisman di 2015, relatif sangat besar bagi destinasi yang baru.

Pada semester I tahun 2017 penanaman modal dalam negeri Jawa Timur masuk ke dalam urutan ke 3 setelah jawa barat dan Jawa Tengah. Sedangkan kabar menggembirakan untuk penanaman modal asing di Banyuwangi mendapatkan posisi ke II tertinggi setelah Kota Surabaya. Itu pun belum termasuk 4 project yang belum selesai di tahun 2016.

Data hotel di Kabupaten Banyuwangi, jumlah hotel di 2016 sebanyak 76 hotel dengan total jumlah 2.385 kamar dan 3.571 tempat tidur. Saat ini ada tambahan hotel baru yakni Hotel eL Royale Hotel & Resort Banyuwangi (Bintang 4), progres pembangunan Hotel Aston (Bintang 3), dan Singgasana (Hotel Bintang 4).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.