Sukses

Festival Rampak Buto dan Orari Fair di Borobudur

Jika belum punya agenda liburan di akhir pekan ini, datanglah ke Borobudur, Magelang. Anda akan menemui berbagai suguhan seni budaya.

Liputan6.com, Jakarta Jika belum punya agenda liburan di akhir pekan ini, datanglah ke Borobudur, Magelang. Di Candi Buddha terbesar di dunia ini, Travelista akan mendapatkan banyak suguhan menarik.

Tidak hanya akan mendapatkan kemegahan candi dengan ribuan relief yang penuh inspirasi. Anda akan menemui berbagai suguhan seni budaya.

Jika Anda seorang penggemar radio amatir, pastikan kehadiran anda pada tanggal 25 – 27 Agustus 2017 , di Borobudur Central Java Amateur Radio Fair 2017. Acara ini persembahan ORARI Daerah Jawa Tengah.

Acara yang berlangsung di Taman Lumbini Komplek Wisata Candi Borobudur, Jawa Tengah, dibuka oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan memukul kentongan Merah Putih. Ganjar didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso.

Acara ini merupakan sebuah kegiatan Amatir Radio yang mengkolaborasikan Hobby Radio, Pariwisata dan Kesenian Tradisional. Berbagai lomba digelar selama acara. Mulai dari Lomba Walking ARDF, lomba mobile ARDF, lomba memahami kode Morse, lomba emergency set up, dan eyeball QSO. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah ke-67.

Nah, selain itu, Travelista yang ke Borobudur pada 25-27 Agustus juga akan bisa menyaksikan Festival Rampak Buto. Festival ini digelar oleh Brayat Penangkaran Borobudur. Acara berlangsung di Taman Lumbini mulai pukul 09.00-20.00 WIB.

Kordinator Brayat Penangkaran Borobudur Sucoro mengatakan festival diikuti oleh berbagai kelompok kesenian Rampak Buto dari sejumlah daerah.

"Kegiatan ini sebagai upaya melestarikan budaya yang hidup di tengah masyarakat. Sekaligus sebagai bentuk peran serta masyarakat sekitar Borobudur menghidupkan dan melestarikan Borobudur," tegas penggagas Ruwat Rawat Borobudur ini.

Ada banyak magic words yang sering dilontarkan Menpar Arief Yahya, terkait festival berbasis budaya. Yakni, budaya itu semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. "Bali contohnya, wisatawan datang dan betah di Pulau Dewata karena tradisi budayanya yang kuat. Itulah atraksi utama pemikat wisatawan di Bali," ungkap Arief Yahya.

Seni Tradisi itu, kata Arief Yahya, punya dua kekuatan. Cultural value dan commercial
value. "Nah, yang sudah siap dipromosikan adalah yang sudah imbang kedua value itu," jelas Arief Yahya.


(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.