Sukses

Tak Sekadar Membangun, Arsitek Harus Buat Kota Makin Sejahtera

Selain membangun, arsitek juga harus mampu menghidupkan kehidupan sosial dan meningkatkan kesejahteraan kota.

Liputan6.com, Jakarta Peran arsitek di Indonesia kini makin besar, seiring makin sadarnya masyarakat akan arsitektur dalam kehidupan sehari-hari. Selain membangun, mereka juga harus mampu menghidupkan kehidupan sosial dan meningkatkan kesejahteraan kota. Hal inilah yang menjadi perhatian dalam Indonesian Architect Week Seoul (IAWS) 2017.

“Ditarik beberapa tahun yang lalu, arsitek tidak bisa merancang bangunan publik. Namun sekarang, banyak walikota yang terlibat dengan arsitek, seperti Ridwan Kamil di Bandung, Tri Rismaharini di Surabaya, hingga Bupati Banyuwangi, Abdulah Azwar Anas. Sekarang sudah terlihat peran arsitek untuk daerahnya sendiri dan memiliki dampak yang besar pada kota,” ungkap Wendi Djuhara, peserta IAWS 2017.

Dalam pameran sendiri, ada 5 permasalahan yang diangkat sesuai dengan pembahasan di kongres UIA World Architects Congress 2017. Mulai dari masalah volume, interaksi, mobilitas, investasi dan lingkungan. Kelima masalah ini merupakan permasalahan umum terjadi di dalam perkotaan yang dinamis dan selalu berubah.

Salah satu contohnya adalah permasalahan pasar tradisional Indonesia, hidup dengan tempat sempit dan pedagang yang banyak. Solusinya adalah membuat desain pasar yang mampu menampung semua pedagang, dalam kondisi yang nyaman. Seperti yang dikerjakan oleh Wndi Djuhara beserta pemerintah Kota Bandung dalam membenahi Pasar Cijerah Bandung.

Lain lagi dalam persoalan mobilitas yang dihadapi arsitek, seiring dengan peningkatan jalan tol di Indonesia. Salah satunya adalah pemberdayaan rest area sebagai tempat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Sehingga perlu dirancang rest area terbuka yang dapat diakses siapa saja, seperti perencanaan dari Astrid Haryati bersama Kementerian PU.

Dalam IAWS 2017 yang diselenggarakan di Seoul sendiri, merupakan gagasan dan solusi yang sudah diberikan arsitek terhadap Indonesia. 54 karya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini, sudah dikurasi oleh Dany Wicaksono dan Defry Ardianta dari 200 karya yang masuk seleksi. Sehingga diharapkan dapat mempopulerkan peran dan karya arsitek Indonesia pada dunia internasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.