Sukses

Heboh Satai Anjing Berkedok Satai Ayam di Bali

Media Australia baru-baru ini mengungkap banyaknya penjual satai anjing berkedok satai ayam di Bali yang meresahkan wisatawan.

Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang merencanakan liburan ke Bali, tampaknya perlu hati-hati. Pasalnya, Australian Broadcasting Company (ABC), salah satu media asal Australia, baru-baru ini mengungkap wisatawan di Pulau Bali banyak yang tertipu dengan sajian satai yang ternyata menggunakan daging anjing.

Media tersebut mendapati para penjaja kuliner yang banyak ditemukan di Bali menjual satai daging anjing kepada wisatawan mancanegara (wisman) tanpa memberikan informasi bahwa daging yang digunakan adalah daging anjing.

Menurut informasi yang dikutip dari Foxnews Travel, seorang wisman pernah mempertanyakan tentang daging anjing yang digunakan pada sajian satai, tapi sang penjual menyangkal perihal tersebut.

Investigasi ABC menegaskan, meski beberapa restoran khusus di Bali yang menyajikan daging anjing telah memberikan informasi dengan kode “RW”, sebagian besar wisman tetap belum menyadari tentang kode “RW” yang ada pada restoran tersebut.

Menanggapi hal ini, Lyn White, direktur salah satu organisasi perlindungan hewan di Australia, mengatakan praktik mengonsumsi anjing di Bali sebenarnya legal. Namun cara yang digunakan sangat ilegal, yaitu dengan cara brutal, dikumpulkan dan dibunuh. Salah satunya dengan racun sianida, yang tentu akan berimbas pada kesehatan orang yang mengonsumsinya.

Sebagai tanggapan atas temuan mengejutkan tersebut, The Bali Animal Welfare Association (BAWA), salah satu organisasi pencinta binatang di Bali, terus bekerja untuk mengakhiri perdagangan ilegal anjing dan berusaha menyelamatkan anjing-anjing lokal dari para pemburu.

Sementara itu, Bali Tourism Board (BTB) sebagai wadah bagi industri pariwisata Bali turut angkat bicara. Fitri, Humas BTB, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (21/6/2017) melalui pernyataan resminya mengatakan, BTB terus memberikan perhatian serius pada isu pembunuhan massal anjing yang dilakukan secara brutal untuk dikonsumsi. 

"BTB berkomitmen akan terus memonitoring perkembangan isu ini. Di Bali sendiri kami menghargai binatang, sehingga tiap enam bulan umat Hindu Bali punya upacara yang namanya Tumpek Kandang. Intinya kami terus memberikan pengarahan kepada para wisatawan untuk lebih berhati-hati saat ingin mengonsumsi kuliner satai yang dijual di pinggir jalan," ungkap Fitri. 

Simak juga video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.