Sukses

Ternyata 4 Nasihat Orangtua Berikut Ini Tidak Sepenuhnya Benar

Sering mendengar beragam nasihat dari orangtua? Ternyata 4 nasihat berikut ini tidak sepenuhnya benar.

Liputan6.com, Jakarta Yang namanya nasihat orangtua memang harus didengarkan. Selain karena memang sudah kewajiban kita sebagai anak, pengalaman hidup mereka pun pasti jauh lebih banyak dari kita. Jadi wajar kalau nasihat orangtua itu sering banyak benarnya.

Tapi, bukan berarti kita harus mengikuti semua omongan orangtua tanpa pertimbangan. Karena mungkin nasihat mereka kadang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Jadi kita harus skeptis, tapi tetap sopan.

Memangnya ada nasihat orangtua yang tidak benar? Bukannya tidak benar, tapi mungkin jangan Anda telan mentah-mentah. Menurut DuitPintar.com, ini dia beberapa nasihat yang sering dilontarkan orangtua tapi tidak sepenuhnya benar.

1. Kalau tidak kuliah tidak mungkin sukses
Orangtua kita zaman dulu pastinya belum menikmati beragam fasilitas seperti kecanggihan teknologi seperti sekarang. Bagi mereka, duduk di bangku kuliah adalah jalan satu-satunya untuk meneguk ilmu sebanyak-banyaknya dan mendapatkan bekal sukses di luar sana.

Itulah kenapa orangtua selalu berusaha sekuat tenaga untuk menguliahkan anak-anaknya. Supaya ketika dilepas di dunia kerja, kita bisa punya karier dan masa depan sukses. Perusahaan zaman dahulu juga lebih mengutamakan mereka dengan ijazah universitas. Hal itu dijadikan ukuran kemampuan seseorang untuk bekerja.

Tapi sekarang zaman sudah berbeda. Internet bisa digunakan sebagai senjata untuk memperluas cakrawala ilmu. Kini kesempatan berkarier sangat luas dan tidak terbatas bagi mereka yang lulus universitas saja.

Contohnya Mark Zuckerberg yang tidak lulus kulliah, tapi sukses dengan Facebook. Atau Bill Gates yang sekarang jadi salah satu orang terkaya di dunia karena Microsoft.

Tapi jangan salah mengartikan. Kuliah itu tetap penting, hanya saja kesempatan untuk mengenyamnya tidak dimiliki semua orang. Jadi, buat yang belum berkesempatan kuliah, jangan khawatir tidak bisa sukses ya.

2. Banyak anak banyak rezeki
Anak adalah anugerah terindah dari Tuhan. Bagi orangtua, memiliki anak adalah rezeki tak ternilai. Lalu bagaimana dengan anggapan “banyak anak banyak rezeki”? Apa benar? Realitanya tidak selalu seperti itu.

Anggapan ini sudah jadi budaya di Indonesia. Dengan jumlah anak banyak, orangtua berpikir suatu saat ketika anak-anaknya sudah mapan, mereka bisa membantu orangtua. Kalau diimplementasikan di zaman sekarang, coba pikir lagi.

Dengan harga-harga kebutuhan, biaya pendidikan, dan kesehatan yang tinggi, masih relevankah anggapan tersebut? Belum lagi kalau keadaan finansial orangtua di bawah garis kemiskinan, maka banyak anak artinya pengeluaran yang berkali lipat.

Bukan berarti punya banyak anak itu salah, tapi rencanakan jumlah anak sesuai dengan kemampuan finansial Anda. Akan tidak adil untuk anak kalau hidup mereka nanti serba kekurangan dan tidak bisa tercukupi kebutuhannya hanya karena kondisi ekonomi Anda tidak memadai.

3. Investasi itu judi atau cuma berisiko rugi

Zaman sekarang, investasi sudah semakin aman dan banyak dilirik sebagai alat penambah penghasilan pasif. Tapi, bagi orangtua kita, tidak sedikit yang masih memandang sebelah mata hal yang satu ini.

Bagi mereka, yang aman itu deposito atau menabung. Padahal, bunga yang kita peroleh dari tabungan biasa dan deposito itu sangat kecil.

Tidak sedikit juga orangtua yang menilai investasi itu “perjudian” karena tidak terukur dan tidak jelas keuntungannya. Anggapan seperti ini timbul karena mereka kurang mempelajari tentang investasi sepenuhnya.

Padahal, kini investasi makin banyak jenisnya, aman, mudah, dan modalnya terjangkau siapa saja. Bisa dipilih sesuai kemampuan finansial masing-masing. Contohnya reksa dana yang bisa dimulai dengan dana Rp 100 ribu saja.

4. Kalau kerja itu jangan jadi kutu loncat
Loyalitas alias kesetiaan bekerja di satu perusahaan hingga puluhan tahun adalah salah satu prinsip yang juga dipegang oleh orangtua kita zaman dulu. Jangan heran kalau mereka sering menasihati kita yang mungkin setiap tahun berpindah kerja.

Zaman dahulu perusahaan pastinya belum sebanyak dan sekreatif sekarang, jadi ini bisa dimaklumi. Sementara kini para eksekutif muda semuanya punya target untuk terus meningkatkan karier dan pendapatan. Salah satunya dengan terus mencari kesempatan yang terbaik.

Jadi “kutu loncat” dianggap orangtua sebagai pekerja yang tidak setia dan tidak bisa diandalkan. Padahal realitanya, zaman sekarang jadi “kutu loncat” bisa jadi malah mempercepat karier, selama jalurnya benar dan melalui proses pertimbangan terlebih dahulu.

Orangtua memang harus dihormati dan tak ada salahnya mengikuti beberapa nasihat yang bisa bermanfaat bagi kita. Tapi ingat, orangtua bukan berarti tidak bisa salah. Jika memang ada nasihat yang tidak benar, tentu boleh dikritisi. Tapi tetap harus dengan cara yang santun.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.