Sukses

Terkejut dengan Realita Keuangan Pasca Menikah?

Tak mengira realita keuangan yang akan Anda dan pasangan hadari pasca menikah? Simak selengkapnya di sini.

Liputan6.com, Jakarta Hidup bersama pasangan usai pesta pernikahan bak kejutan. Pastinya hidup seatap dengan pasangan itu tidak mudah dan menuntut banyak pengorbanan. Rutinitas hidup berubah. Yang jelas, hampir semua pasangan yang menikah mengalami culture shock. Bukan hanya sekadar kebiasaan saja, tapi juga menyangkut keuangan.

Keuangan bisa menjadi topik yang sensitif. Sepertinya segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta dan harta itu bila dibahas dapat menusuk hati.

Inilah mengapa perlunya pengetahuan tentang situasi keuangan yang nyata setelah menikah. Berikut ini beberapa contohnya seperti dikutip dari DuitPintar.com.

Realistis vs materialistis

Laki-laki sering labeli perempuan dengan sebutan matre. Bisa jadi fakta sebenarnya perempuan itu tipe yang realistis. Jelas beda antara perempuan matre dengan cewek realistis.

Perempuan matre selalu lihat pasangannya sebagai sumber duit. Tak mau tahu, pokoknya setiap ada keinginan mesti selalu dipenuhi.

Lain halnya perempuan realistis. Cirinya terlihat kalau dia tidak punya tuntutan yang terlalu tinggi atau mengada-ada. Pikirannya jauh ke depan dan siap berjuang bersama pasangan.

Sayangnya, tidak semua suami bisa bedakan ini. Begitu diajak bahas keuangan, responsnya negatif. Dianggap curiga dan tidak percaya.

Padahal bagi perempuan yang realistis, tujuan bahas hal ini sekadar ingin memastikan setelah menikah nanti ada kepastian hidup layak. Realistis kan?

Pengeluaran sulit dibendung

Susah membendung pengeluaran. Bukan diartikan untuk foya-foya, tapi untuk menutup pengeluaran rutin. Tagihan listrik, cicilan rumah, biaya sekolah anak, dan belanja bulanan.

Belum lagi kalau ada gejolak ekonomi seperti melonjaknya harga sembako, BBM naik, atau anak sakit yang bikin tabungan terkuras habis. Apa tidak pusing merasa gaji selalu ludes sebelum bulan berganti?

Kebutuhan Bersama

Masing-masing harus sadar diri dan siap berkorban. Singkirkan dulu kepentingan pribadi demi keluarga. Tunda dulu keinginan beli mobil ketika anak mau masuk sekolah. 

Pengorbanan itu perlu demi tujuan keuangan keluarga tercapai. Ego dan keinginan diri sendiri mesti ikhlas ditekan kuat-kuat. 

Jaga nyali berhadapan dengan realita

Semua pilihan ada risikonya, termasuk menikah. Coba kelola risiko itu dengan perencanaan di awal. Jangan sampai menikah sekadar kejar status dan akhirnya berakhir di depan hakim agama karena alasan keuangan.

Buka-bukaan saja sejak awal soal keuangan. Mulailah berani bertanya, ketika menikah nanti siapa yang akan pegang uang?

Selalu jujur meski menyakitkan

Jujur soal keuangan itu tidak sekadar penting, tapi keharusan. Jangan sampai demi kenyamanan untuk pasangan, sumbernya berasal dari utang. Itu pun ditutup-tutupi.

Alangkah baiknya jujur sedari awal dan siap mendapat reaksi yang kurang enak dari pasangan. Ini lebih baik ketimbang menutupi semuanya dan bikin hati tidak tenang karena utang menumpuk, kan?

Di samping itu cek juga ketika pasangan sudah jujur ketika bermasalahdengan keuangan, tapi kebiasaannya mengelola uang tetap tak berubah.

Kompromi dan berkomitmen

Namanya juga menikah, harus ada kompromi dan komitmen. Kalau tidak ada dua hal itu, akan berbahaya.

Mulailah dengan menyusun daftar impian berdua. Ketik atau tulis di kertas. Selanjutnya susun mana saja yang mendesak direalisasikan dan mana yang bisa ditunda.

Susunan itu mesti dikompromikan mengingat keuangan ada batasnya. Jangan lupakan juga dari pos-pos pengeluaran itu mana yang bisa dihemat. Sebisa mungkin pula sumbernya bukan dari utang.

Dukung potensi pasangan

Lihat potensi pasangan dan saling dukung. Percayalah di masa depan Anda akan menuai hasil dari kerja keras selama ini, meski sekarang belum terlihat hasilnya.

Saling mendukung itu tidak hanya akan membawa keberuntungan di sisi keuangan, tapi juga rasa nyaman karena ada seseorang yang percaya dan setia mendampingi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini