Sukses

Dengan Rasa Antik 1930-an, Nikmati Kuliner Nusantara Kelas Dunia

Sajian kuliner nusantara kelas dunia hadir dengan nuansa Batavia tahun 1930 di Hujan Locale, Ubud, Bali.

Liputan6.com, Jakarta Senandung jazz tahun 1930, akan menemani Anda berburu kuliner di sebuah restoran yang tidak jauh dari Pasar Sentral Ubud yang sibuk. Dengan reputasi yang sangat baik dalam hal menyajikan makanan tradisional berkualitas tinggi, Hujan Locale telah bertransformasi menjadi tempat terbaik untuk kepuasan kuliner Indonesia yang modern dan elegan.

Bagian interior Hujan Locale sendiri terinspirasi dari Kota Tua Jakarta yang elegan dan santai. Berbagai dekorasi yang memberikan kesan eksotis juga memperkaya suasana di bar dengan kursi tinggi, dan kayu poles antik.

Di meja Hujan Bar inilah, koktail klasik dengan sentuhan kreasi yang mewah dan hidangan kuliner pizza Hujan Locale dengan bahan tradisional dihidangkan. Tentunya dengan iringan musik jazz yang menyejukkan, menambah kenyamanan bersantap, sambil menghabiskan waktu dengan sahabat.

Berburu kuliner di Hujan Locale, Ubud, Bali dengan sentuhan Batavia tahun 1930-an.

Berbagai kuliner khas Indonesia dengan filosofi “dari kebun ke meja” yang telah terkenal di Hujan Locale, juga akan disajikan dalam ruangan baru untuk reservasi pertemuan. Ruang baru terbuka ini bisa menampung 30 orang khusus untuk makan malam yang dibuka setiap harinya pukul 6 hingga 11 malam.

Berburu kuliner di Hujan Locale, Ubud, Bali dengan sentuhan Batavia tahun 1930-an.

Bila Anda ingin mengunjungi Hujan Locale pada akhir pekan, layanan ruang pertemuan ini juga ditambah dengan adanya brunch mulai dari pukul 12 siang, hingga 3 sore. Tentunya dengan penggunaan bahan makanan yang berkesinambungan, mulai dari daging hingga sayuran organik, telah membawa berbagai kreasi kuliner Hujan Locale ke tingkat internasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini