Sukses

Mengenal 5 Kebudayaan Tak Biasa Korea Utara

Berikut ini 5 fakta tentang kebudayaan di Korea Utara yan tidak biasa

Liputan6.com, Jakarta Tidak ada yang menyangkal jika Korea Utara adalah salah satu negara di dunia yang penuh dengan kontroversi. Tidak hanya dari segi pemimpin dan fashion, namun juga kebudayaannya.

Melansir dari livescience.com, Sabtu (18/2/2017), berikut ini adalah beberapa fakta tentang kebudayaan di Korea Utara yang aneh dan tidak biasa.

1. Bangsa yang terisolasi
Semenanjung Korea telah lama menjadi medan perang bagi kekuatan dunia di dekatnya, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Soviet. Presiden Korea Utara pertama, Kim Il Sung di tahun 1948 resmi menutup negara ini secara diplomatis dan ekonomis dari dunia luar.

Awalnya, hal ini dilakukan untuk menguasai negara sendiri dan ingin masyarakatnya bergantung pada diri sendiri. Menurut Kim Il Sung, cara ini berguna untuk mempertahankan kemerdekaan politik, ekonomi, dan menciptakan pertahanan nasional yang kuat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Pemimpin mistis

Dinasti Korea Utara selalu memproklamirkan dirinya sebagai bangsa yang percaya akan hal-hal supranatural. Kim Il Sung dipercaya dapat mengontrol cuaca. Ulang tahun Kim Il Sung dan anaknya, Kim Jong Il juga diperingati sebagai hari libur nasional.

Kim Jong Il sendiri juga tidak kalah mistis, ia pernah mendapatkan nilai sempurna saat main bowling dan golf padahal baru sekali mencobanya. Bahkan setelah kematiannya pada tahun 2011, langit di sekitar Gunung Paektu, Korea Utara dikabarkan bersinar merah. 

Sementara Kim Jong Un sendiri belum memiliki banyak cerita yang menarik untuk dibahas.

3 dari 5 halaman

3. Penjara nasional

Gaya kepemimpin Korea Utara mungkin tidak asing lagi di telinga Anda. Di negara ini ada enam penjara, terdiri dari dua kubu yang dikelilingi oleh kawat berduri. Satu kubu untuk rehabilitasi, sedangkan satu kubu lainnya adalah penjara seumur hidup.

Ada sebuah film berjudul "Escape from Camp 14" yang menceritakan kisah Shin Dong-hyuk, satu-satunya orang yang diketahui berhasil melarikan diri dari salah satu penjara ini dan menginjakkan kakinya di dunia luar. Shin lahir di dalam penjara, karena ayahnya memiliki saudara yang meninggalkan Korea Utara untuk Korea Selatan.

Penyiksaan, malnutrisi, dan eksekusi publik benar-benar terjadi di penjara ini, dilihat dari citra satelit. Laporan dari Amnesty International tahun 2011 memperkirakan 40% tahanan di sini mati karena kekurangan gizi.

4 dari 5 halaman

4. Kehidupan sehari-hari di Korea Utara

Sulit membayangkan apa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Utara. Dalam buku berjudul "Nothing to Envy: Ordinary Lives in North Korea" (Spiegel & Grau, 2009), Barbara Demick yang berprofesi sebagai jurnalis mewawancarai seorang warga Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan. Ia menyatakan jika kehidupan di negara tersebut benar-benar terikat kepada keluarga, sejak krisis pangan di tahun 1990-an.

Hanya ada warna hitam dan putih di Korea Utara, jika ingin melihat warna yang lain, hanya bisa didapat lewat DVD yang diselundupkan dari Korea Selatan agar dapat melihat sekilas tentang dunia luar. Baru di tahun 2013, beberapa kalangan masyarakat Korea Utara, seperti wartawan asing diizinkan menggunakan koneksi 3G di ponselnya.

5 dari 5 halaman

5. Penyesuaian yang sulit

Akses yang sangat terbatas ke dunia luar membuat masyarakat Korea Utara sulit menyesuaikan diri. Menurut Gwak Jong-moon, kepala sekolah asrama untuk pengungsi Korea Utara kepada Blaine Harden, penulis "Escape from Camp 14", pendidikan Korea Utara tidak berguna bagi kehidupan di Korea Selatan.

"Sebagai anak mudah di Korea Utara, mereka tumbuh makan kulit pohon dan berpikir itu adalah hal normal," jelas Gwak Jong-moon.

Banyak siswa yang melarikan diri ke China tanpa akses pendidikan selama bertahun-tahun. Menurut Blaine, angka bunuh diri para pengungsi Korea Utara di Korea Selatan 2,5 kali lebih tinggi dibanding sebaliknya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.