Sukses

6 Novel Karya Pram yang Paling Banyak Diulas di Media Sosial

Karya-karya Pramoedya Ananta Toer bahkan menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah dan universitas luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu satrawan kebanggaan Indonesia. Lahir di Blora 6 Februari 1925, Pram telah menelurkan lebih dari 50 karya sastra berupa novel yang telah diterbitkan ke dalam 41 bahasa di dunia. Tak hanya itu, novel-novel Pram bahkan menjadi buku yang harus dibaca dan menjadi bahan ajar wajib sekolah-sekolah dan universitas luar negeri.

Karya-karya Pram kerap bernafaskan humanisme universal, mengungkap persoalan dan pemikiran pada zamannya yang masih relevan dengan kehidupan zaman sekarang. Lantas, di antara begitu banyak karya Pram, buku apa yang paling menjadi favorit para pembacanya? Berikut enam novel karya Pram yang paling banyak diulas di Goodreads, seperti yang disusun Liputan6.com, Senin (6/2/2017).

Bumi Manusia (4.37 avg rating — 9,831 ratings)
Bumi Manusia merupakan novel pertama dari tetralogi Pulau Buru. Novel ini membawa pesan mendalam tentang kemanusiaan. Melalui tokoh Minke, Pram coba menggambarkan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Selain Minke, dari tokoh Nyai Ontosoroh, Pram juga menceritakan penderitaan kaum perempuan dalam budaya patriarki Jawa yang harus dilawan. Pada 1981 novel ini sempat dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung karena dianggap menyebarkan propaganda ajaran Marxisme dan Komunisme.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Jejak Langkah

Jejak Langkah (4.33 avg rating — 3,475 ratings)
Novel ini merupakan buku ketiga dari tetralogi Pulau Buru yang berisikan kisah pelik manusia Indonesia pada masa kolonialisme. Minke, tokoh dalam tetralogi Pram tak memilih perlawanan bersenjata, dirinya lebih memilih jurnalistik sebagai alat perjuangan, dengan membuat sebanyak-banyaknya bacaan untuk pribumi. Tiga hal yang kerap disuarakan Minke dalam novel ini, meningkatkan boikot, berorganisasi, dan menghabpuskan kebudayaan feodalistik. Kutipan yang paling menarik dari novel ini adalah “Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan”.

3 dari 6 halaman

Gadis Pantai

Gadis Pantai (4.01 avg rating — 2,818 ratings)
Gadis Pantai merupakan novel karya Pram yang mencoba membongkar tradisi feodalisme Jawa yang sarat dengan ketidakadilan bagi perempuan. Perempuan selalu ditempatkan dalam posisi terbawah dalam buaya patriarki Jawa. Si gadis pantai sendiri merupakan gambaran kasar tentang siapa nenek Pram, yang setelah diusir dari rumah Bendoro mencoba untuk hidup mandiri.

4 dari 6 halaman

Arok Dedes

Arok Dede (4.15 avg rating — 1,565 ratings)
Arok Dedes menjadi novel keempat karya Pramoedya Ananta toer yang paling banyak diulas pembacanya di Goodreads. Novel ini menceritakan tentang sejarah perlawanan dan pemberontakan Ken Arok terhadap pemerintahan Akuwu Tumampel, Tunggul Ametung. Kisah Arok Dedes dianggap kisah kudeta pertama dalam sejarah Indonesia. Kudeta unik ala Jawa, penuh dengan rekayasa, kelicikan, lempar batu sembunyi tangan, yang punya siasat menjadi orang terhormat, yang tak terlibat malah ditumpas sampai tamat.

5 dari 6 halaman

Arus Balik

Arus Balik (4.33 avg rating — 1,020 ratings)
Bagi Anda penggemar novel berlatar sejarah, Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer ini bisa menjadi bacaan Anda. Novel setebal 760 halaman ini menceritakan Nusantara di masa kejayaannya. Di zaman Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan laut terbesar di dunia. Arus bergerak, kapal-kapalnya, manusianya, cita-citanya, tapi zaman berubah, dan arus berbalik, utara menguasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara. Perpecahan dan kekalahan seakan menjadi bagian dari Nusantara yang bebruntun dan tiada hentinya sampai saat ini.

6 dari 6 halaman

Larasati

Larasati (3.57 avg rating — 1,165 ratings)
Larasati menjadi novel ke-enam Pramoedya Ananta Toer yang paling banyak diulas di Goodreads. Novel ini menceritakan kisah revolusi pada masa perjuangan bersenjata antara tahun 1945 – 1950, tentang para pahlawanan sejati dan munafik. Novel ini dianggap potret jujur gaya Pram tentang dua hal yang berbeda, yaitu tentang kebesaran dan kekerdilan, kekuatan dan kelemahan. Menggunakan tokoh utama perempuan, Pram coba mendokumentasikan sejarah Indonesia dengan jujur, bernas, dan apa adanya melalui fiksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.