Sukses

Seperti Apa Tanda-Tanda Tubuh Kelebihan dan Kekurangan Protein?

Kandungan protein menjadi pondasi untuk organ penting dalam tubuh manusia. Apa yang terjadi bila tubuh kekurangan dan kelebihan protein?

Liputan6.com, Jakarta Karbohidrat bisa menyebabkan epidemi kegemukan dan lemak mengendap dalam pembuluh darah. Tetapi protein? Protein menjadi pondasi untuk organ penting seperti sel, otot, tulang, kuku, hormon, dan enzim. Kata protein berasal dari bahasa Yunani, yang berarti pertama, atau paling penting. Semua manusia butuh protein. Binaragawan mendapatkan asupan suplemen protein dalam bentuk milkshake, minuman berenergi atau camilan yang tinggi protein untuk membangun massa otot mereka. Masyarakat umum juga mengonsumsi protein sebagai makanan sehari-hari.

Menurut Pedoman Gizi Seimbang, rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia adalah 2150 kilo kalori dan 57 gram protein per orang per hari. Data dari Kementrian Kesehatan Indonesia, proporsi asupan energi penduduk Indonesia terbesar berasal dari karbohidrat 57,4%. Sedangkan asupan protein 14,4%.

Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan tingkat konsumsi protein warga Eropa barat dan Amerika Serikat. Mereka bahkan dianggap kelebihan protein, konsumsi protein mereka dua kali lipat dari porsi yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Menurut US Dietary Guidelines, memperingatkan, para remaja pria, dan orang dewasa pria adalah kalangan yang dianjurkan untuk mengurangi asupan protein dan lebih banyak mengonsumsi sayuran. Lain halnya dengan para gadis (yang biasanya lebih rewel soal diet) dan manula (yang sering memiliki keluhan nafsu makan dan lemahnya massa otot) justru tidak memiliki masalah kelebihan protein.

Baru-baru ini, The New York Times mengangkat kontroversi tentang protein ini dalam publikasinya. Mengutip penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism, penelitian yang menggunakan data 6000 responden penduduk Amerika Serikat), mengungkap, orang yang berusia 50–65 tahun yang mendapatkan 20% kalori mereka dari protein lebih rentan untuk menderita kanker dibanding dengan mereka yang asupan proteinnya tidak sebanyak itu.

Penelitian ini mendapat kritik tajam dan dituding hanya menggunakan data penelitian yang dilakukan selama 24 jam. Sebuah penelitian lain yang malah menunjukkan sebaliknya. Mereka yang melakukan diet tinggi protein (pada responden yang berusia di atas 65 tahun) makin berkurang risiko kematian dini.

Banyak pihak yang meragukan kebenaran kedua penelitian tersebut. Ada juga penelitian yang mengungkap bahwa diet tinggi protein dan rendah karbohidrat bisa mengurangi tekanan darah tinggi dan melindungi dari serangan jantung.

Namun banyak ilmuwan membenarkan bahwa konsumsi protein yang berasal dari daging merah atau daging yang telah diproses bisa menjadi penyebab kanker usus. Sedangkan ikan, ayam, dan sayur-sayuran adalah sumber protein yang lebih sehat.

Ficky Yusrini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.