Sukses

Kenalan dengan 4 Siswi Tata Busana SMK Kudus yang Pukau Hongkong

Inilah 4 siswi SMK Tata Busana Nu Bayat Kudus yang pukau Hongkong dengan rancangan busana hijab yang mengangkat motif khas Kudus

Liputan6.com, Jakarta Saat Kemampuan akademik berkolaborasi dengan hobi mampu membawa keberhasilan bagi dunia rancang bangun. Seperti yang dilakukan empat siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nu Bayat, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Karena kemampuan yang dimiliki ditambah keberanian mengembangkan konten lokal seperti Gapura khas Kudus, gerbang masuk kota Kretek ke dalam batik yang mereka desain mendapat apresiasi dalam event internasional di 'Center Stage Asia's Fashion spotlight' di Hongkong.

Dengan dukungan Indonesia Fashion Chamber (IFC), Bakti Pendidikan Djarum Foundation dan Ditali Cipta Kreatif, ekplorasi konten lokal berupa susunan batu bata merah dan besi stainless berbentuk daun mampu ditampilkan dalam event yang menjadi salah satu barometer mode dunia.

Nia Fara Diska siswi kelas 11 SMK NU Bayat mengaku, dengan mengekplorasi Kudus dalam konsep rancang busana menjadi salah satu bagian yang ditampilkan bersama tiga temannya, Rania kelas 11 asal Kudus, Navida Royyana kelas 12 asal Kudus, dan Risa maharani, kelas 12 remaja asal Semarang.

"Dengan membawa tradisi Kudus, kami ingin hidupkan kembali kekayaan lokal. Seperti menara Kudus, unsur tumpukan batu menjadi bagian dari pakaian yang didesainnya untuk dibawa ke Hongkong. Selain itu, garis dan lengkuk gerbang Kudus juga menjadi bagian lain yang diekplor," tambah remaja cantik asal kota Kudus tersebut.

Hal serupa diungkapkan Risa Maharani, tema Livive dipilih sebagai alasan untuk mengangkat kembali kekayaan lokal sebagai inspirasi dalam desain pakaian.

"Kami ingin hidupkan kembali bangunan budaya dalam bentuk batik dan bordir," ungkapnya setelah tampil di catwalk di depan 110 perwakilan guru tata busana asal Aceh hingga Papua Barat.

Jurusan Tata busana yang mencetak desainer muda menjadi salah satu andalan SMK NU Bayatn Kudus. Didukung pemerintah kabupaten dan perusahaan di Kudus, dari sekitar 100 siswa setiap angkatan akan muncul desainer muda berbakat.

"Setiap kelas ada 30 siswa yang tidak saja datang dari Kudus, tapi juga dari sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Jatim bahkan dari luar pulau," ungkap Naila Zakiyatul Fitri, staf pengajar mata pelajaran Produksi.

Terkait kemampuan desain siswi SMK NU Bayat yang secara geografis tinggal di daerah, Perancang Busana Taruna Kusmayadi, menyambut baik. Kekayaan lokal yang menjadi khas Indonesia layak diekplorasi dalam desain pakaian.

"Namun konten lokal hanya menjadi inspirasi. Untuk bisa diterima pasar, konten lokal harus diolah sehingga menjadi cita rasa dan mode nasional maupun internasional," ungkap.
Desainer yang berharap munculnya lembaga studi resmi yang membidangi desainer.

Felek Wahyu

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini