Sukses

Melati, Macbeth, dan Refleksi Politik Saat Ini

Refleksikan kondisi politik saat Ini, Melati Suryodarmo tampilkan “Tomorrow as Purposed” pada pembukaan Indonesia Dance Festival 2016.

Liputan6.com, Jakarta “Tomorrow, As Purposed” sebuah karya tari yang terinspirasi kisah Macbeth, menjadi tarian kontemporer yang disajikan pada pembukaan Indonesia Dance Festival 2016 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa malam (1/11/2016).

“Macbeth merupakan naskah klasik sebenarnya abad ke-16 yang ditulis oleh William Shakespeare yang misterius. Tapi yang saya intikan dari tarian ini adalah hubungan manusia, intrik kerajaan, peperangan, sihir, dan ramalan yang di mana Macbeth itu sosok penjiwaan manusia yang memiliki hasrat akan kekuasaan,” kata Melati Suryodarmo, koreografer sekaligus sutradara pertunjukan "Tomorrow, As Purposed" saat ditemui Liputan6.com.

Melati menjelaskan, Macbeth itu ada di sekitar kita, bahkan ia ada dalam diri kita sendiri, dan semua manusia bisa menjadi Macbeth. Oleh karena itu, ia membongkar skrip teater menjadi tarian yang menampilkan banyak sosok di dalamnya, untuk mencerminkan kehidupan manusia yang bisa terkena sihirnya sendiri.

“Sebenarnya saya sendiri (dalam tarian ini) merefleksikan situasi politik, karena saat ini seperti pengulangan di abad ke-16. Seperti Ramalan Jayabaya yang memprediksikan kehidupan negeri kita, Macbeth juga melakukan hal yang sama, percaya dengan ramalan penyihir,” kata Melati.

Refleksikan kondisi politik saat Ini, Melati Suryodarmo tampilkan “Tomorrow as Purposed” pada pembukaan Indonesia Dance Festival 2016. Foto: Gempur M Surya/ Liputan6.com

Beberapa bagian dari kisah Macbeth yang diangkat dalam pertunjukan ini antara lain ketika Macbeth kehilangan istrinya untuk menegaskan bahwa ia seorang pria yang berkeluarga. Selain itu ditampilkan pula ketika Macbeth menyerukan peperangan, padahal ia sedang menuju ke kekalahannya sendiri, dan Macbeth yang hampir gila kehilangan dirinya sendiri karena terkena nujum dari penyihir. Semua itu terjadi karena hasrat kekuasaannya sendiri.

Pertunjukan “Tomorrow, As Purposed" juga memunculkan berbagai pertanyaan yang relevan dengan keadaan saat ini. Di manakah kita sekarang sebagai manusia? Apakah hasrat atas kekuasaan itu adalah sesuatu yang manusiawi? Melati berpendapat, kekuasaan itu penting, karena bila ditelaah dari masyarakat yang belum kenal dengan peradaban dahulunya, hasrat untuk berkuasa itu untuk bertahan hidup, bukan untuk konteks politik saat ini.

“Mengapa kebutuhan atas kekuasaan itu begitu besar? Sementara apakah Anda sudah bisa bertahan dalam hidup? Karena hasrat adalah nujum yang Anda ciptakan sendiri. Bila berlebihan, nujum itu akan mengutuk diri Anda sendiri,” kata Melati menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini