Sukses

Mengulik Dramatisnya Pameran Spectrum of Batik di Senayan City

Rasakan sendiri sensasi menyusuri lorong yang menyajikan rancangan batik dengan tata cahaya apik fiber optik di the Spectrum of Batik

Liputan6.com, Jakarta Jika biasanya pameran busana atau fashion hanya bisa dinikmati oleh segelintir pecinta fashion, tidak dengan The Spectrum of Batik. Instalasi yang memadukan rancangan batik 23 desainer dari Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) yang dikemas dengan teknik pencahayaan dramatis dari lighting expert Trilite Wesia Geni.

Ruang pameran berdesain seperti lorong hitam mulai dari dinding sampai lantai. Sementara 23 batik rancangan para desainer digantung dan dijejer rapi dengan cahaya personal di atasnya. Ya, saat menengadah ke atas, pijar cahaya terlihat seperti kumpulan bintang terang saat malam hari.

Presentasi sebuah karya yaitu rancangan busana pun menjadi dramatis dan tak biasa dengan teknologi fiber optik. Selain itu cahaya yang tersorot dalam tiap busana juga ingin menggambarkan sebuah ide yang muncul saat para desainer merancang busananya.

"Di tengah lorong pameran kami ciptakan kumpulan cahaya berbentuk hati yang merupakan source dari semua cahaya di sini. Dengan teknologi fiber optic single source of light mengantarkan cahaya ke masing-masing busana. Jadi sumber cahaya bukan dihantarkan kabel, tetapi ada di langit-langit," jelas Robby Permana dari Trlite Wesia Geni saat berbincang dengan Liputan6.com.

Lorong berwarna hitam makin dramatis dengan pencayahaan lampu fiber optic (Foto: Novi Nadya)

Selain digelar untuk memperingati Hati Batik Nasional, The Spectrum of Batik juga ingin menjadikan lighting designer sebagai bagian utama dari pameran yang dibuka untuk umum ini. "Jika biasanya sosok dan peran lighting designer di belakang panggung, sekarang mereka yang punya panggung," timpal perwakilan IPMI dan pengorganisir The Spectrum Of Batik, Era Soekamto.

Setelah menciptakan ambience dramatis dan istimewa, Era juga ingin semua pengunjung mendapatkan pengalaman berbeda yang memanjakan indera dan rasa. Sebab menurutnya batik harus dipahami secara komprehensif yang harus diciptakan dengan banyak pendukung.

"Agar orang-orang bisa memahami, kami menaruh cerita singkat tentang batik yang dipilih desainer dalam setiap baju, ada musiknya, dan berbagai pelengkap lainnya. Intinya kami membangun dengan rasa dan orang yang datang harus mendapatkan value lebih," lanjut Era.

Terlebih instalasi ini mudah dijangkau banyak orang karena diadakan di mal favorit Senayan City. Kini semua orang bisa datang untuk melihat pameran mode tanpa canggung dan sungkan yang digelar sampai 23 Oktober 2016.

"The Spectrum of Batik hadir sebagai rangkaian Senayan City Iconic 10 Years dan 30 tahun IPMI berkarya serta persembahan untuk mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia. Kami berharap pameran ini bisa mengajak pengunjung Senayan City untuk melestarikan warisa budaya terutama kepada generasi muda," tutup CEO Senayan City, Veri Y, Setiady.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.