Sukses

Dilarang Negaranya, Atlet Putri Arab Saudi Tetap Ikut Olimpiade

Atlet putri Arab Saudi menorehkan prestasi di Olimpiade, tetapi wanita tetap dilarang menonton pertandingan olahraga di negara itu.

Liputan6.com, Jakarta Ketika atlet asal Arab Saudi Sarah Attar melewati garis finish lari sprint 800 meter di Olimpiade London 2012 lalu, seluruh penonton pun berdiri memberikan tepuk tangan. Bukan hanya karena Attar mampu sampai di garis finish sekitar 30 detik lebih awal dari saingannya, tetapi karena ia adalah wanita Arab Saudi pertama yang hadir di Olimpiade.

Dikutip dari Huffington Post, Selasa (9/8/2016), Arab Saudi melarang wanita datang ke Olimpiade. Sebab, terdapat pria maupun wanita yang menghadiri ajang tersebut. Namun, saat itu Attar dan atlet putri lainnya dari negara itu Wojdan Shaherkani diperbolehkan untuk ikut serta. Performa mereka dipercaya akan menorehkan prestasi di sana.

Tahun ini, pada Olimpiade Rio 2016, Arab Saudi memiliki jumlah atlet putri dua kali lebih banyak daripada sebelumnya. Attar dan Shaherkani mungkin merupakan pendahulunya. Namun tenryata kehadiran atlet putri sebenarnya masih dilarang di Arab Saudi.

Sebuah laporan baru dari Human Rights Watch, 4 Agustus lalu, menunjukkan, Arab Saudi telah membuat kemajuan penting dalam ranah olahraga dan wanita. Seperti pada Kementerian Olahraga Arab Saudi kini terdapat departemen baru yakni khusus untuk wanita. Kendati demikian, atlet wanita di Arab Saudi masih mengalami diskriminasi signifikan.

Saat ini, wanita yang tinggal di Arab Saudi tidak bisa mengikuti liga olahraga nasional, turnamen nasional, bahkan menonton pertandingan olahraga. Sebanyak 150 klub olahraga resmi tidak terbuka bagi wanita. Sementara siswa laki-laki bebas mengikuti kelas olahraga, siswa perempuan tidak mengikuti kurikulum olahraga.

Namun, pada 2012, International Olympic Commitee memberikan Arab Saudi ultimatum untuk menyertakan atlet putri atau mereka dilarang berpartisipasi. Para pejabat Arab Saudi pun mulai mencari wanita berbakat. Meskipun sulit mencari sumber daya di Arab Saudi, tetapi akhirnya ada pula wanita yang memenuhi kualifikasi.

Sebuah laporan dari akademika Arab Saudi Ali Al-Ahmed, menyatakan, pelarangan olahraga bagi wanita di Arab Saudi sangat merugikan kaum hawa. Sebab, para wanita menjadi cenderung tidak aktif dan berisiko terkena penyakit.

"Wanita di Arab Saudi dibunuh pelan-pelan oleh pemerintah. Pelarangan olahraga bagi wanita membuat mereka tidak aktif bergerak yang mempengaruhi kesehatan mereka," kata Al-Ahmed.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.