Sukses

5 Hal Mengerikan Bagi Industri Fashion Dunia Usai Brexit

Setelah Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit, industri fashion dunia akan dihadapkan dengan lima hal mengerikan ini. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta Inggris menjadi negara pertama yang memilih keluar dari Uni Eropa lewat pemungutan suara atau referendum. Meski pilihan untuk leave atau Brexit menang, para pelaku mode justru bersuara agar Inggris remain atau menetap di UE.

Seperti hasil survei yang dibuat British Fashion Council di mana 90 persen anggotanya ingin Inggris menetap di Uni Eropa. Para desainer mendukung agar Inggris bertahan lantaran mengkhawatirkan dampak pada kelangsungan mata pencaharian mereka.

Saham rumah mode ternama di Inggris turun

Tak selang lama sejak keputusan akhir Inggris akan hengkang dari Uni Eropa atau Brexit (British Exit) saham beberapa rumah mode mewah menurun tajam. Di antaranya rumah mode Burberry, Mulberry, dan Jimmy Choo.

"Hal ini sama sekali tak menguntungkan perusahaan barang-barang mewah. Mungkin keputusan Brexit akan menekan pelaku usaha. Apalagi dengan ketidakjelasan ini akan berdampak langsung pada rumah mode mewah yang akan goyah," ujar Mario Ortelli, Analis Riset Senior dari Sanford Bernstein.

Visa izin kerja para penjahit

Brexit juga menjadi tanda tanya besar tentang aturan visa para pekerja, terutama para desainer yang berbasis di London. Seperti perancang berkebangsaan Skotlandia Christopher Kane yang risau dengan visa para pekerjanya yang kebanyakanyan berasal dari Italia.

"Saya mempunyai banyak penjahit mengagumkan dari Italia dan beberapa negara Uni Eropa lainnya. Kebanyakan mereka sudah bekerja lebih dari lima tahun bersama saya. Lantas bagaimana nasib setelah Brexit? Berapa biaya visa kerja yang akan kami bayarkan?" keluh Christopher Kane.

Hambatan baru pada Pekan mode

London merupakan salah satu pemain fashion utama dunia. Industri fashion memberikan kontribusi sekitar 38 Miliar Dolar AS untuk perekonomian Inggris pada tahun 2014.

Para pelaku mode khawatir, Brexit berimbas pada aturan baru pekan mode yang melibatkan negara-negara Eropa lainnya saat keluar-masuk Inggris.

Namun British Council menegaskan akan membuat perencanaan untuk London Fashion Week yang akan berlangsung musim gugur mendatang.

Tarif baru bahan baku

Anjloknya nilai tukar pound sterling terhadap dolar yang mencapai titik terendah sejak 1985 ini membuat pelaku mode resah. Gejolak tersebut diperkirakan mempengaruhi harga barang-barang yang akan masuk dan keluar dari Inggris.

Hal ini akan menjadi tantangan besar bagi bisnis fashion yang bermukim di Inggris. Salah satunya harga bahan baku pakaian seperti kain yang didatangkan dari negara Eropa lain.

Dampak langsung pada fashionista

Biaya yang meningkat karena lemahnya pound sterling usai Brexit juga berimbas pada pedagan eceran atau retailers yang nantinya akan diteruskan pada para pembeli atau konsumen.

"Kami sebagai pebisnis di dunia mode akan mengawal pemerintah untuk memprioritaskan industri fashion dalam kebijakan yang baru setelah referendum Brexit," jelas CEO British fashion Council Caroline Rush CBE seperti dilansir dari Elle.com, Senin (26/6/2016).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.