Sukses

Fotografer Ini Ubah Kesan Angker Jadi Sesuatu yang Indah

Stefan Baumman, seorang fotografer profesional ubah kesan angker bangunan tua tak terpakai menjadi suatu yang bernilai estetis.

Liputan6.com, Jakarta Jika banyak orang menganggap rumah kosong identik dengan kesan angker dan menyeramkan, seorang fotografer bernama Stefan Baumann justru sebaliknya. Dirinya mengubah stigma rumah kosong yang sepintas terlihat seperti rumah hantu menjadi sesuatu yang bernilai estetis tinggi melalui karya fotografinya.

Seperti yang diberitakan laman weather, Senin (23/5/2016), Baumann yang telah menjelajahi Italia, Prancis, Jerman, dan Belgia menemukan banyak bangunan tak berpenghuni. "Rumah kosong adalah tempat surealisme yang kuat, memiliki kontras yang tinggi, antara struktur ditinggalkan dan kehidupan baru," kata Baumann.

Foto-fotonya juga mengungkapkan sisi lain dari sesuatu yang telah ditinggalkan. "Aku suka kalau alam mengambil kembali apa yang pernah dimilikinya, ini membuktikan arsitektur tidak bisa berdiri tanpa kekuatan alam itu sendiri.”

Selama tiga tahun, Baumann mengunjungi lebih dari 300 situs yang ditinggalkan.

foto: weather/ Stefan Baumann.

"Aku terpesona oleh tanaman liar tumbuh berlebihan di dalam kamar dan menemukan jalan melalui celah-celah terkecil di dinding dan akhirnya menembus batu," kata Baumann.

foto: weather/ Stefan Baumann.

Foto-foto Baumann dalam tulisan ini merupakan pabrik yang telah ditinggalkan. Tiap orang yang melihat akan menyaksikan, sisi lain keindahan yang tak banyak ditemukan orang dari suatu bangunan yang telah ditinggalkan tanpa rasa takut dengan penampakan makhluk halus.

foto: weather/ Stefan Baumann.

"Saya hanya ingin menunjukkan, apa yang terjadi ketika manusia meninggalkan tempatnya, dan membiarkannya tetap kosong sementara ribuan bangunan baru dibangun setiap hari," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini