Sukses

Intip Kemegahan Candi Seks yang Dijadikan Tempat Ibadah di India

India memiliki candi megah dengan panel yang menggambarkan hubungan seksual.

Liputan6.com, Jakarta Desember 2013, kaum LGBT di India mengalami banyak kemunduran setelah Mahkamah Agung negara tersebut memutuskan homoseks sebagai tindak pidana.

Dilansir dari bbc.com, Selasa (12/4/2016), Agustus 2015, pemerintah India memberlakukan larangan dan menyatakan lebih dari 800 situs internet dianggap porno. Hal ini dilakukan sebagai upaya nyata untuk memberantas pornografi pada anak di bawah umur dan kekerasan seksual yang kerap terjadi.

Dipengaruhi oleh gerakan puritanisme dari beberapa kelompok, termasuk dinasti Islam, tuan Inggris, dan Brahmana sebagai kasta tertinggi negara, India telah menjadi sangat konservatif beberapa ratus tahun terakhir.

Hal tersebut tentu bertolak belakang dengan apa yang ada di India selama ini, mengingat norma seksual di India pernah jauh lebih liberal daripada apa yang terjadi kini. Pada abad ke-13, seks diajarkan menjadi subjek dalam pendidikan formal dan Kamasutra merupakan risalah seks pertama di dunia.

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Bahkan, jika Anda mau melihat lebih dekat lagi, pengingat dari masa-masa liberal ini masih tersebar di seluruh penjuru negeri. Mereka diukir pada batu atau dinding dalam bentuk-bentuk yang erotis di Sun Temple, Konark, negara bagian timur India, Orissa pada abad ke-13.

Telanjang menjadi satu tema yang sangat menonjol dalam karya lukisan dan patung gadis-gadis surgawi di dalam gua monastik Buddha, Maharashtra, Ajanta (berasal dari abad ke-2 sebelum masehi), dan Ellora (abad ke-5 hingga abad ke-10).

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Contoh seni grafis paling erotis dari candi yang berhasil diawetkan dapat Anda temukan di kota kecil, Khajuraho, negara bagian India Tengah, Madhya Pradesh. Diukir dengan elegan, candi Hindu ini telah dinyatakan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1986. Sejak dibangun oleh dinasti Chandela antara tahun 950 dan 1050, candi ini kini hanya tersisa 22 dari 85 candi asli yang masih bertahan.

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Jika Anda bersedia melihat lebih dekat lagi, banyak ukiran di dalam kuil ini bersifat sangat erotis. Ada penggambaran threesome, pesta, dan keliaran. Anda bahkan akan melihat patung seorang wanita cantik dengan seorang pria yang sedang dalam posisi seks, tepat di sebelah patung dewa yang sedang tersenyum dengan tenang. Meskipun beberapa batu telah rontok dan bagian tubuh tertentu telah rusak, ukiran-ukiran yang ada di sini sangat natural, mengingatkan semua orang bahwa candi ini telah berusia lebih dari seribu tahun.

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Ada berbagai teori tentang motif grafis yang erotis tersebut. Salah satunya menyebutkan bahwa sejak raja Chandela menganut prinsip Tantra, yang menuntut keseimbangan antara pria dan wanita, mereka mempromosikan iman mereka ini ke dalam kuil-kuil yang mereka buat.

Teori lain menyebutkan tentang fungsi candi pada saat itu, yaitu tempat ibadah dan belajar, khususnya belajar seni bercinta. Selain itu, banyak orang percaya bahwa penggambaran kegiatan seksual di kuil-kuil adalah pertanda baik, karena mempresentasikan awal dan kehidupan yang baru.

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Terlepas dari hal tersebut, Hindu secara tradisional menganggap seks sebagai bagian yang penting dalam sebuah kehidupan. Inilah mengapa kegiatan seks sering terukir di antara aktivitas perang dan doa.

India, Negara Konservatif Miliki Candi Seks Sebagai Tempat Ibadah. Sumber : bbc.com

Namun fakta bahwa motif-motif seks tidak ditampilkan secara jelas dan gamblang menunjukkan bahwa mereka hanya ditujukan kepada orang-orang yang mampu melihat secara keseluruhan saja.

Anehnya, tidak ada alasan yang menjelaskan mengapa candi ini dibangun di Khajuraho, apakah karena kerajaannya juga dibangun di daerah ini. Candi-candi ini masih bertahan sampai saat ini dikaitkan dengan keberadaan mereka yang terisolasi di kawasan hutan bagian dalam selama ratusan tahun. Mereka ditemukan kembali oleh Kapten TS Burt dari Inggris pada tahun 1838.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.