Sukses

Transgender Ini Merasa Beruntung Diakui Ibunya yang Pikun

Selama tiga tahun, transgender ini selalu rutin memberitahu ibunya yang pikun dan selalu mendapat respon yang mengarukan.

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita transgender mengungkapkan bahwa ia merasa beruntung karena ibunya, yang menderita penyakit demensia atau pikun dan harus berulang kali diberi tahu bahwa putrinya adalah seorang transgender, selalu menunjukkan respon mengharukan yang sama.

Dilansir dari Buzzfeed pada Jumat (30/10/2015), Tina Healy telah menjadi seorang transgender sejak tiga setengah tahun yang lalu, kini ia bekerja sebagai advokat untuk Gender Diversity Australia. Sebuah stasiun televisi di Australia melakukan wawancara kepada Healy dan keluarga setelah putri Healy, Jessica Walton, menulis sebuah buku cerita anak-anak tentang transgender.

“Ketika kami menjadi orangtua, saya dan pasangan, tiba-tiba menyadari bahwa kita ingin mencari buku yang memiliki karakter seorang transgender. Sebenarnya ada beberapa buku di luar sana yang memiliki karakter tersebut, namun tidak ada di antara buku-buku tersebut yang ditujukan untuk anak-anak usia bayi hingga 5 tahun,” ungkap Walton. “Jadi, kami ingin membuat sesuatu yang manis dan sederhana.”

Selama wawancara, Healy berbagi sebuah kenangan indah yang mengharukan mengenai ibunya. Ia menjelaskan bahwa ibunya menderita penyakit demensia, dan ia sangat khawatir ketika pertama kali akan bertemu dan memberitahu tentang kondisinya kepada sang ibu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Respon Haru dan Bahagia

Akan tetapi, sesuatu yang tak diduga terjadi. Healy mengatakan bahwa ibunya dengan segera menerima kondisinya yang telah menjadi seorang transgender. “Lalu ia berkata, ‘Wah, siapa yang menyangka aku memiliki anak perempuan baru yang cantik?’ katanya. Lalu ibu saya juga berkata, ’Ayo sini sayang,’” kenang Healy.

Akan tetapi karena ibunya selalu kehilangan ingatannya, Healy harus memberitahu ibunya setiap kali mereka bertemu, dan reaksi ibunya tidak pernah berubah.

“Saya menemui ibu saya setiap beberapa minggu dan ia selalu lupa. Dan setiap kali saya memberitahunya mengenai kondisi saya, ibu hanya memberikan reaksi mengharukan yang sama persis setiap kita bertemu, hampir setiap kata yang dia ucapkan sama persis. Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung karena ketika saya harus memberitahunya 100 kali setiap tahun, dan ia selalu memberikan reaksi yang sama juga setiap tahunnya, ibuku sungguh luar biasa,” tutur Healy.

Healy juga mengatakan bahwa setelah puluhan tahun berjuang untuk mencari tahu jati diri yang sebenarnya, buku yang ditulis oleh sang putri sangat berarti segalanya bagi Healy. “Hidup saya benar-benar sangat berbeda,” ungkapnya. “Maksud saya, saya bisa menjadi diri sendiri tanpa harus merasa khawatir. Kini saya merasa lebih tenang, damai, dan sangat bahagia.”

Tina Healy membacakan cerita untuk anaknya. (Foto: Buzzfeed)

“Buku tersebut mengungkapkan cinta yang menjangkau hingga empat generasi, ibu saya, keluarga saya, anak-anak saya, dan sekarang cucu-cucu saya,” jelasnya. “Ketika saya duduk di depan komputer dan membaca buku yang ditulis oleh putri saya, saya menangis bahagia. Buku tersebut benar-benar menceritakan tentang bagaimana menjadi seorang transgender berkaitan dengan penerimaan dan perasaan dicintai sebagai dirimu sendiri.”

Walton menjelaskan bahwa meskipun masa transisi yang dijalani saat itu sangat sulit baginya dan saudara-saudaranya, namun ia bersyukur ternyata keluarganya lebih kuat saat menghadapi masa-masa sulit tersebut.

“Saya pikir kami semua bisa melalui tahap kesedihan karena kita berempat saling mendukung satu sama lain. Kemudian pada akhirnya kami menyadari bahwa orangtua kami melakukan hal yang lebih baik daripada yang pernah kami lakukan,” jelas Walton.

Healy mengatakan bahwa keluarganya membagi cerita mereka karena ia menginginkan orang-orang tahu bahwa peralihan menjadi seorang transgender tidak hanya tentang menjadi seorang ‘bintang terkenal’ seperti Caitlyn Jenner. Tetapi tentang bagaimana orang-orang biasa yang berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk menjadi otentik dan asli. “Buku ini bercerita tentang orang-orang biasa, keluarga biasa, dan komunitas biasa yang mencoba untuk berdamai dengan sesuatu yang menentang begitu banyak tabu sosial,” tandasnya. (Chiptania Manggalawati/Nad)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini