Hotel Bintang Lima untuk Jenazah di Jepang

Liputan6.com, Jakarta Terletak di pinggir jalan Osaka berdiri kokoh bangunan Hotel Relation yang mencolok dengan desain yang tua. Anda pasti akan penasaran ketika memasuki hotel ini, karena Anda tidak akan menemukan resepsionis untuk pemesanan kamar pada bagian lobby. Dekorasi dan suasana bukan prioritas untuk para tamu yang menggunakan kamar di Hotel Relation ini karena mereka tengah berduka.

Melansir dari Aljazeera, Kamis (3/9/2015), 99% orang Jepang yang telah meninggal umumnya akan dikremasi. Hal ini membuat Jepang menduduki peringkat pertama soal tingginya jumlah kremasi per tahun. Dengan banyaknya orang meninggal setiap tahun, bahkan beberapa keluarga Jepang harus rela menunggu hingga empat hari untuk kremasi orang yang mereka cintai.

Peluang usaha bagi hotel-hotel sejenis tumbuh dengan baik di Jepang. Hotel semacam ini berfungsi sebagai kamar mayat sementara. Tingkat hunian hotel jenazah ini juga cukup tinggi, terbukti dari kamar mereka yang selalu penuh setiap harinya.

Hotel ini terdiri dari empat kamar yang berdekatan dengan kamar jenazah keluarga mereka. Fasilitas yang ditawarkan cukup sederhana, yakni sepasang tempat tidur dan satu unit televisi.

“Anda dapat melihat almarhum kapan pun di hotel kami. Bahkan ketika mereka disimpan di ruang pendingin. Anda dapat melihat mereka hanya dengan mendorong tombol switch,” kata Yoshihiro Yurisu, pemilik Hotel Relation seperti yang dilansir melalui situs Aljazeera, Kamis (3/9/2015).

Untuk biaya, proses pemakaman di Jepang terbilang tidak murah. Pemakaman di Jepang terkenal sebagai salah satu yang paling mahal di dunia. biaya makam ditambah dengan sewa mobil jenazah, ruang duka, dan makanan bagi pelayat yang bisa mencapai angka Rp 300 juta. Termasuk di dalamnya biaya untuk hotel jenazah seperti Hotel Relation yang membuka harga sekitar Rp 2 juta rupiah per malam, belum termasuk sarapan. (mit/nad)