Sukses

Sisi Positif Selfie

Gemar mengambil selfie mungkin pertanda Anda narsis. Namun bukan berarti ini hal buruk.

Liputan6.com, Jakarta Selfie. Kegiatan mengambil foto diri yang dianggap merupakan proyeksi sifat narsisme dan hobi pamer.

Namun, Gabrielle Leimon, seorang penulis, kolumnis dan penyair, punya pendapat lain yang diutarakannya kepada Huffington Post, Jumat (10/4/2015). Baginya, kita sekarang ini hidup di dunia yang kerap membombardir kita dengan imaji wajah dan tubuh 'sempurna'. Produk pencerah warna kulit, pelangsing, penghilang keriput dan lain sebagainya laris manis di pasaran. Insekuritas kita dieksploitasi demi keuntungan pengusaha jutaan dolar produk-produk kecantikan. Akibatnya, 44 persen siswi SMA di Amerika Serikat fokus berlebihan dalam upaya melangsingkan tubuh. Persentase pemuda dengan masalah kepercayaan diri yang melakukan kegiatan berbahaya untuk pelampiasan -menyakiti diri, merokok, minum-minuman keras, dan terkena gangguan makan- meningkat pesat. Setidaknya 20 persen dari remaja akan mengalami depresi sebelum usia 20. Bukan hanya pada perempuan, jumlah anak laki-laki remaja yang menggunakan suplemen seperti steroid juga semakin mengkhawatirkan. Angka statistik ini memang hanya berlaku di Amerika Serikat, namun, tak ada salahnya jika Anda bisa melihat gejala ini sebagai sebuah masalah sosial yang bisa terjadi di mana saja.

Mengingat itu, coba pikir-pikir lagi, mengapa ketika seseorang mengambil foto diri dan berpikir "saya tidak kelihatan jelek dan saya merasa ingin memotret diri" dianggap sesuatu yang buruk?

Saat Leimon membeli iPhone dan bereksperimen dengan Instagram dan Snapchat, ia merasa ada perubahan pada dirinya. Leimon yang semula sungkan dipotret, merasa lama-kelamaan menerima 'ketidaksempurnaan' dirinya. Ia mengajak mereka yang menganggap selfie sebagai bentuk 'kesombongan' untuk berpikir lebih kritis lagi. Mengapa sifat 'sombong' itu sendiri merupakan sesuatu yang buruk? Kita juga mungkin sering melihat orang-orang di Facebook atau Twitter memposting foto diri mereka dengan make-up dan pakaian terbaik. "'Ih, sombong banget', mungkin itu yang ada di pikiran Anda saat melihat foto-foto mereka. Iya, terus kenapa? Kesombongan itu sendiri tidak menyakiti orang lain. Saya rasa, mungkin orang yang kita sebut 'sombong' sesungguhnya percaya diri, sedangkan Anda tidak. Tanpa Anda sadari, Anda iri dengan mereka." Ungkap Leimon dalam postingannya. 

Banyak bermunculan artikel yang menganggap mereka yang ber-selfie merupakan orang yang "puas diri". Namun, pada era sekarang, apakah rasa puas dengan penampilan diri merupakan suatu dosa besar?

"Sulit untuk tidak menghiraukan pesan-pesan negatif dan merasa nyaman dengan penampilan luar kita. Saya dengan senang hati mendukung mereka yang mendapat momen-momen tertentu dimana mereka puas dengan penampilan mereka. Jika Anda merasa senang diri dan ingin mengambil selfie, silahkan. Kalau Anda ingin mempermalukan mereka yang ber-selfie, Anda mungkin perlu introspeksi diri. Tapi sebelumnya, saya ingin berpose selfie." Ungkap Leimon menutup ceritanya. (Ikr/ret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.