Sukses

Mesin Waktu Itu Bernama Festival Bandung Baheula

Festival Bandung Baheula ajak pengunjung bernostalgia ke zaman sebelum tahun 1945.

Liputan6.com, Bandung Suasana kota pada zaman sebelum tahun 1945 lengkap dengan mainan, kendaraan, makanan dan pakaian yang digunakan pada masanya menjadi keunikan tersendiri saat kita berkunjung ke Festival Bandung Beheula yang diadakan di Kota Bumi Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat.

Dengan datang ke festival yang digelar selama dua hari pada 28-29 Maret 2015 ini, pengunjung yang hadir bagai tersedot ke dalam mesin waktu dan kembali ke masa saat Presiden Soekarno memperebutkan kemerdekaan dari para penjajah.



Bagaimana tidak, penyelenggara mendesain area kecil dan disulap layaknya Jalan Braga, Kota Bandung pada saat itu.

Marketing Manager, PT. Belaputera Intiland, Raymod Hadipranoto mengatakan pihaknya memang sengaja menggelar Festival ini untuk mengangkat nostalgia, romantisme dan informasi soal sejarah pada masa lalu.

"Kita ingin mengangkat nostalgia dan romantisme yang datang. Bandung dulunya akan dijadikan ibu kota Hindia Belanda sehingga arsitek kenamaan dari eropa didatangkan sehingga dulu sampai sekarang Bandung dikenal dengan sebutan Paris Van Java," katanya saat ditemui di lokasi acara, Minggu (29/3/2015).



Menurutnya antusias masyarakat pada festival sangat besar dan ini merupakan keempat kalinya pihaknya menyelenggarakan Festival Bandung Baheula namun pada saat ini terdapat konsep yang berbeda.

"Kita libatkan komunitas dan institusi seperti PT Pos dan Museum Mandalawangsit agar bisa menciptakan suasanya yang benar-benar nyata seperti dahulu," ucapnya,

"Kita bikin lorong sejarah Bandung baheula dengan mengusung sejarah Bandung hingga saat KAA (Konferensi Asia Afrika), botram yang merupakan kebiasaan warga Bandung, makanan yang sekarang sudah langka namun sudah tren pada zaman dulu," tambahnya.



Selain itu pihaknyapun menyelenggarakan Bandung Poek Mongkleng bertepatan dengan peringatan Eart Hour. "Kita padamkan lampu namun para pengunjung menggunakan patromak, obor dan penerangan zaman dulu. Biar kerasa suasananya," jelasnya

Tidak lupa pagelaran seni dan budaya sunda ditampilkan pada festival ini seperti wayang golek, permainan zaman dulu, calung, kuda lumping.

"Kita berusaha agar pengunjung nyaman dan tahu saat dulu seperti apa. Kita berharap dan berencana untuk menggelar festival ini setiap tahunnya. Ini sudah tahun keempat," pungkasnya. (Okan Firdaus/Ars)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.