Sukses

Mel Ahyar Berbagi Pengalamannya Tinggal di Ibu Kota Fesyen, Paris

Berikut ini pengalaman desainer Mel Ahyar tinggal di kota Paris yang dibagikan kepada Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Paris jelas menjadi kiblat fesyen dunia. Apa sesungguhnya yang membuat ibu kota Prancis itu begitu spesial dalam hal fesyen? Sebagai desainer yang mengenyam bangku pendidikan fesyen di ESMOD Paris, Mel Ahyar berbagi pengalaman pada Liputan6.com tentang bagaimana kehidupan fesyen di kota menara Eiffel itu dan bagaimana hal itu menjadi bagian dari pertumbuhan dunia fesyennya.

Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com dengan Mel Ahyar di workshop-nya yang berlokasi di daerah Cipete, Jakarta Selatan, pada Kamis (26/3/2015).

Dari pengalaman belajar di ESMOD Paris dan tinggal di sana, bagaimana Mel melihat dunia fesyen Paris?
Selama tinggal di Paris, saya merasakan bahwa dunia fesyen Paris memang sangat terasa. Di sana banyak pedestrian dan bahkan sekalipun di jalan seperti itu bisa terasa ambience fesyennya, orang-orangnya memang dandan. Beda dengan di Indonesia dimana suasana fesyen seperti itu hanya dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu, misalnya mal.

Apa memang ada satu hal yang beda dari dunia fesyen Paris sehingga kota fesyen itu begitu fenomenal?
Fashion history dari Prancis itu sangat kuat dan hal tersebut membentuk Paris menjadi kiblat fesyen dunia. Perkembangan fesyen di sana dengan desainer-desainer hebat yang berkecimpung di kota itu memang membuat Paris menjadi pusat mode di dunia.

Bagaimana dengan desainer-desainer di Paris?
Dengan perkembangan sejarah fesyen yang kuat, lingkungan Paris sangat mendukung desainer-desainer di dalamnya untuk bertumbuh. Banyak unsur-unsur yang mendukung tumbuh kembang dunia fesyen di sana. Dunia fesyen di Prancis begitu diperhatikan salah satunya karena bidang itu menyumbang pendapatan yang besar bagi negara tersebut.

Dukungan mulai dari ketersediaan bahan-bahan yang bagus, teknologi mesin, euforia masyarakat, penyelenggaran fashion week dan hal-hal lainnya mendorong munculnya desainer-desainer bertalenta di sana.

Bagaimana jika dibandingkan dengan dunia fesyen Indonesia?
Membandingkan Indonesia dengan Paris memang kesannya muluk-muluk. Tapi Indonesia juga tak bisa diremehkan. Di Indonesia bermunculan talent-talent baru, baik itu couture maupun ready-to-wear, yang luar biasa dan tak bisa dipandang sebelah mata.

Dengan dukungan kuat dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, dunia fesyen Indonesia akan menjadi sangat kuat, setidaknya di Asia Tenggara. Untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat mode Asia bukanlah hal yang muluk-muluk. Hal itu bisa dicapai. Indonesia punya banyak sumber budaya yang bisa dikembangkan lewat fesyen.

Apa yang bisa dunia fesyen Indonesia pelajari dari Paris?
Seperti Paris, fesyen Indonesia bisa kuat bila mendapat dukungan fasilitas dari pemerintah dan masyarakatnya lebih cinta dengan fesyen lokal. Dengan 2 hal tersebut, dunia fesyen Indonesia bisa menjadi luar biasa. Sangat disayangkan bila desainer-desainer kreatif di Indonesia dibiarkan begitu saja.

Indonesia saat ini butuh human resource di bidang fesyen yang lebih banyak. Oleh karena itu perlu diperbanyak sekolah-sekolah jahit, misalnya sekolah payet, bordir, setara SMK. Sehingga para desainer tak sulit untuk mencari pekerja fesyen di bidang-bidang tersebut.

6 Sejauh mana peran desainer dalam perkembangan dunia fesyen?
Jika desainer-desainer Indonesia tidak bergerak untuk membuat sebuah asosiasi atau inisiatif program fashion week, atau menghasilkan karya-karya yang bagus, maka fesyen Indonesia tidak akan seberkembang saat ini. Munculnya banyak talent baru juga saya lihat karena desainer-desainer sebelumnya terus giat berkarya.

Jika tidak ada desainer, dunia busana hanya akan menjadi sebatas dunia garmen, bukan dunia fesyen.

7 Apa menurut Mel, pada kondisi dunia fesyen Indonesia ini desainer fesyennya perlu terlebih dahulu fokus pada menjaring market?
Saya pikir selling dan designing adalah 2 hal yang bisa dikawinkan. That’s what we call fashion business. Seorang desainer harus bisa menuangkan sisi kreatifnya dan menjadikannya bisnis. Itulah fesyen

8 Menurut Mel, apa market Indonesia punya karakter fesyen yang terbuka dengan desain-desain yang bermacam-macam? Atau karakter fesyen orang Indonesia masih “safe”?
Saat saya mulai berkarir sebagai desainer fesyen, saya memang cukup berjuang untuk memasukkan sisi seni pada rancangan-rancangan saya. Sisi idealisme fesyen dari seorang desainer ini yang membuat isi department stores jadi lebih beragam dan konsumen semakin teredukasi. Saya lihat saat ini konsumen fesyen Indonesia sudah semakin teredukasi.

9 Apa tips dari Mel agar seseorang tidak “mati gaya” dalam hal berbusana?
Hal pertama yang menurutku penting adalah tampil menjadi diri sendiri. Jika ingin lebih variatif, yang harus mulai dibangun adalah kepercayaan diri. Untuk membangun hal itu, coba pelan-pelan untuk memberi variasi pada tampilan, misalnya dengan memakai aksesori. Yang terpenting adalah sedikit demi sedikit memberi sesuatu yang baru pada tampilan.

(bio/ret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.