Sukses

Lulus Sekolah di Paris, Mel Ahyar langsung Buat Label Sendiri

Kepada Liputan6.com, desainer Indonesia Mel Ahyar bercerita tentang perjalanan karirnya di dunia fesyen.

Liputan6.com, Jakarta Mel Ahyar mengambil motif batik Belanda untuk ditampilkan pada pembukaan Fashion Nation 2015, Kamis 9 April 2015 di Senayan City. Sebagaimana diungkapkannya pada wawancara dengan Liputan6.com, desainer lulusan Esmod, Paris, ini mengatakan bahwa setiap koleksinya memang selalu memiliki tema yang berkaitan dengan akar budaya Indonesia.

Apa tujuan Mel melakukan hal tersebut? Kepada Liputan6.com, Mel menuturkan alasan dibalik hal itu serta menceritakan bagaimana perjalanannya di dunia fesyen Indonesia. Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com dengan desainer Mel Ahyar yang dilakukan pada Kamis (27/3/2015) di workshopnya di bilangan Cipete, Jakarta Selatan.

 

Bagaimana ceritanya masuk ke dunia fesyen?
Saat SMA pun saya belum punya ketertarikan pada fesyen. Saya tak tahu bahwa fashion designer adalah sebuah profesi. Selepas SMA saya melanjutkan studi di bidang arsitektur. Belum satu tahun berjalan, saya diminta orangtua untuk balik ke Palembang untuk membantu bisnis mereka di sana. Selama 6 bulan menggeluti bisnis tersebut saya merasa tidak cocok dan saya meminta pada ayah agar saya boleh memilih bidang pekerjaan lainnya.

Saya kemudian memutuskan untuk mengambil sekolah fesyen di ESMOD Jakarta pada tahun 2001. Merasa cocok dengan dunia desain, saya kemudian menjadi serius untuk menggeluti dunia fesyen.

Apa alasan Mel melanjutkan studi ke Paris?
Setelah lulus dari ESMOD pada tahun 2003, saya langsung bekerja di label Mama & Leon, Bali. Bekerja pada brand ready to wear tersebut selama 2 tahun, timbul keinginan saya untuk menyentuh desain yang lebih heavy. Dari keinginan itulah saya putuskan untuk melanjutkan studi ke ESMOD Paris, yaitu pada tahun 2004 karena di Jakarta belum ada spesialisasi Couture.

Bagaimana dengan pengaruh belajar dan tinggal di Paris pada diri Mel sebagai desainer?
Pengalaman di Paris itu luar biasa dan mengajarkan saya banyak hal. Saat itu di sana masih ada orang-orang yang diskriminatif dengan orang Asia. Tinggal sendiri dengan tantangan seperti itu, saya belajar tentang cara beradaptasi dan lain sebagainya.

Dalam hal studi juga menantang. Selain tugas-tugasnya yang luar biasa, murid juga harus berinisiatif untuk mencari tahu banyak hal. Paris dengan sejarah fesyennya yang panjang dan kuat memang membawa pengaruh ke desain-desain yang saya buat. Dalam mendesain, saya selalu menaruh respek pada sejarah tersebut.

Bagaimana label Mel Ahyar terbentuk?
Setelah lulus dari ESMOD Paris sebagai Best Nouvelle Couture Graduate, saya tadinya berencana untuk bekerja pada seorang desainer. Tapi setelah saya pertimbangkan cita-cita saya untuk menciptakan label sendiri, saya pikir saya akan menghabiskan beberapa tahun di label orang lain hanya untuk memulai lagi dari nol saat keluar untuk membuat brand sendiri. Oleh karena itu, saya ambil langkah untuk membuat label sendiri.

Saya saat memulai label itu, yakni tahun 2006, mempekerjakan 3 orang. Awalnya buat baju untuk teman atau temannya teman hingga kemudian untuk klien yang sesungguhnya. Dari situ kemudian semakin berkembang.

Saat terjun ke dunia fesyen Indonesia, apa yang ingin Mel bawa sebagai seorang desainer?
Koleksi saya itu moderen. Kalau saya tidak mengimbanginya dengan tema-tema budaya Indonesia, saya akan lupa dengan asal saya. Saya selalu berusaha membawa tema yang berkaitan dengan akar budaya Indonesia yang diterjemahkan dalam konsep modern.

Dengan cara itu at least orang-orang akan “melirik” atau curious tentang tema yang berkaitan dengan akar budaya Indonesia itu. Indonesia dari Sabang sampai Merauke kaya akan keragaman budaya. Banyak yang bisa diangkat dan dibanggakan kepada dunia internasional dari hal itu.

Mengenai desain apa Mel menghadirkan ciri dan karakter tertentu? Apa yang ingin ditampilkan Mel melalui rancangan-rancangannya?
Dalam merancang saya selalu menghadirkan craftmanship dengan material yang beragam, bagaimana saya mengeksplorasi kreatifitas dalam satu koleksi. Craftmanship ini juga merupakan soul dari budaya Indonesia. Budaya Indonesia kaya akan craftmanship.

Saya sangat memperhatikan eksplorasi cutting. Setiap jahitan itu full of thought. Ini tentang busana yang juga karya seni.

Desain-desain busana saya memiliki karakter modern romantic.

Apa harapan Mel sebagai desainer fesyen?
Saya berharap kiprah saya sebagai desainer fesyen memacu munculnya desainer-desainer baru di Indonesia yang memang bisa membuat dinamika fesyen Indonesia menjadi lebih gila.

Untuk karir, saya berencana untuk lebih menggarap ritel fesyen dengan koleksi deluxe ready to wear. (bio/ret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.