Sukses

Bono si Hantu Sungai Kampar yang Selalu Dinanti Peselancar Dunia

Hantu Bono si gelombang sungai yang jadi primadona peselancar dunia.

Liputan6.com, Riau Kisah misteri tentang hantu memang mengundang rasa penasaran dan sangat menarik untuk diikuti. Kisah 'hantu' kali ini datang dari Sungai Kampar, Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau.

Seperti yang dilansir dari Indonesia.Travel, Jumat (6/2/2015), 'hantu' yang dimaksud di sini adalah tujuh gelombang (tidal bore) Bono. Menurut cerita adat setempat, gelombang yang diberi nama Bono ini merupakan jelmaan dari tujuh hantu. Nama Bono sendiri berawal dari kisah tentang sebuah kapal dari Kerajaan Pelalawan terhempas ombak yang sangat besar.

Juru kemudi kapal itu kemudian menceritakan musibah itu pada Sang Raja. Tapi, Sang Raja tidak percaya. Karena itu, ia mengutus orang-orang kepercayaannya untuk melihat langsung ombak besar itu. Lalu, ketika para utusan melihat sendiri ombak besar itu, mereka sadar cerita si juru kemudi memang benar. “Benar” dalam bahasa Pelalawan adalah “bono”.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berselancar di Sungai

Gelombang Bono memang ditakuti masyarakat Teluk Meranti. Namun, siapa yang menyangka jika gelombang itu justru berhasil memukau dan dinantikan oleh para peselancar dunia. Bagaimana tidak, biasanya para peselancar berselancar di lautan. Tapi di Teluk Meranti, mereka bisa berselancar di sungai.

Lebih lanjut, penjelasan secara ilmiah menerangkan bahwa Bono adalah fenomena alam yang terjadi akibat bertemunya arus pasang air laut dengan arus pasang air sungai.

Terbentuknya gelombang Bono didukung kondisi alam dimana terdapat penyempitan pertemuan arus sebab adanya sebuah pulau muda yang membelah bagian muara Sungai Kampar.

3 dari 4 halaman

Suara Gemuruh

Kemunculan Bono biasanya ditandai terdengarnya suara gemuruh seperti guntur diiringi hembusan angin yang kencang, disusul terbentuknya gelombang dan ombak besar bergulung-gulung, biasanya mencapai tujuh lapis gelombang berurutan dan bahkan dapat menciptakan kubah (barrel), tak ubahnya gelombang di laut.

Bono berkecepatan tinggi hingga mencapai 40 km/jam, bergerak dari arah muara menuju hulu sungai atau diawali dari Pulau Muda sampai dengan Teluk Binjai di Sungai Kampar. Ketinggian gelombangnya bisa mencapai 4-6 m saat musim pasang tinggi.

Selain tinggi gelombangnya yang menakjubkan, Bono juga punya keunikan lain. Gelombang ini bisa dinaiki peselancar dalam waktu yang lama, yaitu antara 30 menit sampai dengan satu jam bahkan waktu terlama yang pernah tercatat adalah dua jam. Sedangkan jika berselancar di laut, umumnya hanya sekitar 30 detik. Karena kehebatannya inilah gelombang Bono tidak disarankan untuk peselancar pemula.

4 dari 4 halaman

Bulan Purnama

Kemunculan Bono hanya dapat dilihat pada waktu tertentu, yaitu yaitu saat bulan purnama atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai bulan besar. Bulan purnama terjadi setiap tanggal 10-20 dalam perhitungan bulan Melayu (Arab) atau pada kisaran bulan Agustus-Desember. Pada saat bulan kecil (musim pasang mati), Bono nyaris tidak ada.

Bono pertama kali ditemukan beberapa peselancar internasional yang berasal dari Prancis dan Brasil yang langsung menjajal kedahsyatan Bono. Sejak saat itu, Bono mulai dilirik lebih banyak peselancar nasional dan internasional.

Keberadaan gelombang Bono adalah objek wisata yang terbilang baru dan masih terus dikembangkan Pemerintah Riau. Kelangkaan dan keunikan sebuah destinasi wisata seperti ini sudah pasti berpotensi menarik wisatawan lebih banyak dibanding destinasi atau objek wisata umumnya, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, terutama peselancar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.