Sukses

Santap Tradisional dalam Mistikalitas Etnik Lara Djonggrang

Berikut ini adalah ulasan kuliner restoran Lara Djonggrang.

Liputan6.com, Jakarta Patungnya dihadirkan di antara apitan lemari antik warna coklat gelap yang menjadi tempat berjejernya lilin-lilin. Lara Rara Jonggrang yang tergambar pada patung sang putri ramping (arti dari namanya) tampak teredam dalam suasana temaram sebuah ruang berisi dekorasi arca-arca di mana arca Buddha persis berada berhadapan di seberangnya. Bayang-bayang wayang tanpil di bagian atas dinding ruangan ini.

Sedari depan, restoran Lara Djonggrang yang beralamat di Jalan Teuku Cik Ditiro No.4 Menteng, Jakarta, ini kuat menampilkan karakter mistikal dengan beringin besar dan rindang di mana lampu-lampu raksasa tergantung menyambut para tamu.  Inspirasi konsep restoran ini memang berasal dari dongeng romansa tragis Bandung Bondowoso yang cintanya kepada Rara Jonggrang tak terbalas.



Bukan sekadar tak cinta, Putri Jonggrang punya kisah getirnya sendiri terkait Pangeran Bondowoso. Prabu Baka, ayahanda Rara Jonggrang, tewas ditangan Bondowoso dalam aksinya merespons serangan kerajaan Baka terhadap kerajaan Pengging di mana Bondowoso berasal. Saat masuk ke Keraton Baka, Bondowoso mendapati hatinya terpincut kecantikan Jonggrang.

Nekat melamar Jonggrang, Bondowoso pun dihadapkan pada tantangan-tantangan. Salah satunya adalah tantangan membangun 1000 candi dalam semalam. Melihat kesanggupan Bondowoso yang sudah membangun 999 candi, Rara Jonggang bersiasat sehingga bala gaib yang membantu Bondowoso kabur karena menyangka matahari akan segera terbit. Mengetahui kegagalannya adalah karena muslihat Jonggrang, Bondowoso mengutuk putri itu menjadi batu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Desain Restoran

Desain Restoran

Di restoran yang berada di bawah payung Tugu Group – yang menaungi hotel-hotel Tugu dan fine dining restaurant lain seperti Tugu Kunstkring Paleis, Samarra, Dapur Babah Elite, Shanghai Blue 1920, dan lain sebagainya – spirit royal dan etnik Putri Jonggrang tampak berbaur dengan dimensi budaya-budaya lampau Indonesia lainnya. Salah satu dimensi itu tampak pada pahatan dinding nuansa Tiongkok yang padu dengan palet merah-biru di ruang-ruang berbau khas tersebut.

Kamis sore (20/11/2014), Liputan6.com tiba di Ruang Bali yang merupakan salah satu dari tiga private room restoran ini (dua lainnya adalah Ruang Malang dan Ruang Soekarno). Tiap private room itu punya tema spesifik. Foto Presiden Soekarno dan Simbol Garuda Indonesia menjadi penciri Ruang Soekarno yang merupakan Ruang VIP I restoran ini. Bukan sekadar menghadirkan tema Soekarno, Tugu Group memang menjadi satu hal yang dilintasi dalam hidup Presiden Indonesia pertama itu.

“Ruang Soekarno itu merepresentasikan Hotel Tugu Blitar dimana Bung Karno pernah menginap,” jelas Rosiany T Chandra selaku Public Relation Manager Tugu Group. Ketiga private room itu berada pada bangunan utama restoran ini. Bangunan di belakang gedung utama ini adalah lokasi dari La Bihzad Bar & Longue. Dinding bar ini dihias dengan reproduksi lukisan Kamal ud-Din Behzad, pelukis asal Persia pada abad ke-15.

Ruang di mana terdapat patung Rara Djonggrang tenang berdiri berlokasi di samping gedung utama. Terhubung dengan jembatan di atas kolam ikan kecil, bangunan samping itu memiliki semacam teras di mana ada lemari-lemari kaca kuno berisi benda-benda kuno seperti kendi-kendi dan topeng-topeng. Antara bangunan samping dan bangunan utama restoran ini terdapat jalan samping yang menjadi jalan keluar restoran ini.

Bahkan jalan samping ini pun punya sentuhan etnik dan mistikal yang kuat. Matras Biru yang diatasnya terdapat bantal-bantal warna merah melapisi tempat duduk batu yang disampingnya terdapat gong. Beberapa lukisan terpajang di dinding jalan itu. Meski tak ada aturan khusus terkait dress code untuk memasuki restoran ini, penggunaan pakaian yang match dengan tema restoran tentu akan menambah kekayaan pengalaman berkuliner di restoran ini.

Semakin malam, semakin banyak pengunjung restoran. Oleh karena itu akan lebih baik untuk melakukan reservasi terlebih dahulu bila ingin bersantap di restoran ini. Perkembangan kecanggihan teknologi kini semakin memudahkan Anda dalam mereservasi restoran. Menggunakan aplikasi Qraved, Anda bukan hanya dapat melakukan reservasi dan menikmati berbagai promo. Di saplikasi tersebut Anda juga dapat melihat menu-menu, foto-foto, serta review orang-orang tentang restoran tersebut.

3 dari 3 halaman

Menu Restoran

Menu Restoran

Berkebaya seorang pramusaji membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Warna teh yang coklat di bagian atas semakin menghijau ke bagian bawah. Sirup pandan alami yang hijau itu juga memberi warna rasa baru pada sajian teh ini. Sebatang serai dan daun jeruk menambah kosakata rasa yang cukup menarik dari minuman Iced Lemongrass Tea itu. Pun demikian dengan aromanya. Beruntung Liputan6.com bisa menyesap sajian teh itu. Pasalnya Iced Lemongrass Tea di Lara Djonggrang ini merupakan welcome drink tamu-tamu kenegaraan saat berkunjung ke sini.

Beberapa saat setelah memesan menu makanan yang ada pada sebuah buku persegi panjang berukuran sangat besar, sebuah piring tanah liat beralas daun pisang tersaji berisi beberapa potong traditional finger food. Pecel Tempe Japit adalah sebuah kreasi hidangan tradisional berformat internasional. Dua lembar tempe goreng garing berbentuk kotak mengapit sayur-sayur pecel sebegai filling dari chip and dip ala Indonesia ini. Potongan kacang panjang, kol, tauge, dan sayuran hijau yang dikukus beradu serasi dengan bumbu pecelnya. Irisan timun menjadi garnish menyegarkan dari menu penggugah selera ini.

Saat tergugah seleranya dengan memakan Pecel Tempe Japit, menu utama untuk eksplorasi kuliner Liputan6.com di Lara Djonggrang tengah melewati pintu masuk ruang makan. Butuh kekuatan 2 pramusaji pria untuk memanggul sebuah Pasar Nelayan Kampong Tugu yang ada di atas replika perahu naga merah. Selayaknya sebuah pasar nelayan, menu ini berisi banyak macam bahan-bahan laut. Seekor kepiting ditemani cumi satay, kerang hijau, dan 3 jenis ikan (kembung, patin, dan bawal) terhidang di alas bakaran dengan asap hasil proses pembakaran masih mengebul.

Bumbu menu bakar itu terasa cukup manis dengan sedikit sapuan rasa rempah. Memberi variasi pada bumbu tersebut adalah siraman saus kacang di atas lauk-pauk itu. Menu utama ini tersaji dengan beberapa jenis sambal, yakni sambal cabai hijau, sambal terasi, sambal dabu-dabu yang dilengkapi nanas potong dadu, sambal matah, dan sambal kecap. Tiap mix and match antara menu bakaran dan tiap sambal menghasilkan cita rasa tersendiri.

Menjadi pelengkap dari seperangkat menu utama itu adalah Pecelan Blitar. Sepotong tempe goreng dan perkedel talas hadir menemani sayur pecel di menu yang bertabur lamtoro ini. Saus kacang mentah yang digunakan sebagai dressing dari irisan sayur-sayur kukus itu membawa nuansa segar pada menu yang juga diisi dengan serundeng kelapa ini. Bintang utama Pecelang Blitar yang tampil mencolok dengan ukuran ekstra besarnya adalah rempeyek uceng.

Uceng adalah nama ikan kecil khas Blitar berukuran 2-3 cm yang bentuknya mirip dengan ikan teri. Ikan air tawar ini merupakan salah satu bahan makanan yang banyak dipakai di menu-menu tradisional Blitar. Sayur dan lauk-lauk yang sudah tersaji disantap bersama dengan nasi putih dan nasi merah yang dibentuk seperti kepala wayang. Dengan suasana mistikal dan etnik yang intens dalam balutan eksklusifitas serta makanan-makanan tradisional Indonesia yang menggugah baik dalam hal rasa maupun presentasi, resto Lara Djonggrang merupakan sebuah apresiasi budaya yang telah mentrasformasi lara si Putri Ramping menjadi sensasi lipur diri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.