Sukses

Yogyakarta Diusulkan Jadi Kota Batik Dunia

Yogyakarta diusulkan jadi kota batik dunia oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta Kota Yogyakarta diusulkan menjadi Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Yogyakarta, masih ada enam negara lainnya di Asia Pasifik yang juga bersaing untuk mendapatkan predikat tersebut.

 

Seperti yang dilansir dari Indonesia.travel, Jumat (29/8/2014), menurut Roni Guritno selaku Direktur Eksekutif Dekranasda, pengusulan ini telah melalui beberapa pertimbangan, salah satunya karena batik diakui sebagai warisan dunia oleh organisasi internasional UNESCO. Selain itu, pusat kerajinan batik juga terpusat di Yogyakarta.

 

"Yogyakarta lengkap sebagai kota batik, baik dari sisi sejarah, seni, hingga perajin batik yang memiliki nilai ekonomi," kata Roni Guritno usai mendampingi tim Dewan Kerajinan Dunia dalam meninjau Sentra Batik Giriloyo, Imogiri, Kabupaten Bantul.

 

Kunjungan Dewan Kerajinan Dunia tersebut diharapkan dapat membawa Yogyakarta sebagai pemenang, karena akan banyak manfaat yang bisa diperoleh jika kota ini terkenal sebagai Kota Batik Dunia.

 

Daerah tersebut akan dipublikasikan ke ranah internasional sehingga masyarakat dunia semakin mengenal Yogyakarta dan tergiur untuk datang dan membeli batiknya. Peninjauan Dewan Kerajinan Dunia ini merupakan bagian dari penjurian yang berpusat di Beijing, Tiongkok.

 

"Dewan ini fokus ke kerajinan yang khas seperti batik tulis, sementara Sentra Batik Giriloyo ini memang sudah terkenal dengan produk batik tulisnya," lanjut Roni.

 

Batik dalam bahasa Jawa artinya menulis atau melukis titik. Di sisi lain, ada juga yang beranggapan bahwa batik diambil dari kata "titik" yang diberi imbuhan "mba" sebagai kata kerja. Dengan demikian, batik juga bisa diartikan sebagai pekerjaan membuat titik.

 

Jika ditelaah dari tekniknya, batik merupakan pekerjaan merintang atau menahan warna di atas kain menggunakan malam atau lilin.

 

Teknik seperti ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu di seluruh peradaban dunia. Dimulai dari peradaban Mesir kuno, Cina saat Dinasi Tang, kemudian menyebar ke peradaban-peradaban lain sehingga kita dapat menemukan ini di berbagai benua, termasuk di Asia. Hanya saja, setiap negara menggunakan medium yang berbeda untuk merintang. Di Indonesia, alat yang kerap digunakan adalah benda tradisional yang disebut canting.

 

Batik Nusantara begitu kaya akan motif dan corak dengan filosofi yang mendalam. Hampir setiap daerah di Tanah Air terutama di Pulau Jawa, memiliki batik. Yogyakarta merupakan salah satu pusat kota batik tulis yang memiliki berbagai motif, seperti motif sekar jagad, motif grompol dan motif ceplok. Bahkan di kota ini, Anda bisa menemukan Museum Batik yang menyimpan koleksi batik terbesar di Indonesia dengan ukuran 90x400 cm2.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.