Sukses

Satu Dekade Desainer Merdi Sihombing di Buku `Perjalanan Tenun`

Desainer Merdi Sihombing meluncurkan buku `Perjalanan Tenun`

Liputan6.com, Jakarta Sore di restoran Palada, Grand Indonesia, Selasa (12/8/2014), diisi dengan wanita-wanita yang tampil cantik dan anggun dengan kain-kain tenun tradisional Indonesia. Ketika kain-kain tersebut hadir sebagai busana yang telah diolah begitu apik, nyatalah elegansi etnik dari kain-kain itu.

Tenun tradisional Indonesia adalah topik bahasan dari acara yang berlangsung di sana. Diiringi dengan musik-musik yang suaranya berasal dari beragam alat musik tradisional, mulai dari yang berdawai dengan tempo tenang hingga yang dipukul dan bertempo cepat, para tamu menghabiskan waktu dengan bercengkrama sambil disuguhi beberapa kudapan tradisional Indonesia.

Singkong goreng yang diatasnya terdapat sambal, getuk dengan taburan parutan kelapa, dan yang cukup menarik adalah pastel berisi ayam woku (makanan khas manado), menjadi cemilan tamu hingga akhirnya sang desainer yang sudah berkarya dengan tenun tradisional Indonesia selama 1 dekade (10 tahun) muncul dan memandu sendiri acara peluncuran bukunya.

Judul buku itu adalah `Perjalanan Tenun` karya Merdi Sihombing. Merdi kala itu menggunakan pakaian dari bahan tenun tradisional Indonesia. Berikat kepala khas adat Sumatra Utara dengan busana bagian bawahnya adalah tenun warna-warni cantik dari Nusa Tenggara Timur, Merdi menyapa para tamu.

Di antara tamu-tamu wanita yang hadir, tampak beberapa figur publik seperti Elvira Devinamira (Putri Indonesia 2014), Penyanyi Yuni Shara yang mendapat ucapan terima kasih dari Merdi karena dirinya lah yang mendorong Merdi terjun ke dunia fesyen, dan Marie Elka Pangestu (Mentri Pariwisata & Ekonomi Kreatif) yang dalam acara ini meresmikan peluncuran buku `Perjalanan Tenun`.

Dalam sambutannya, Marie Elka mengatakan bahwa fashion design sebagai salah satu bidang kreatif merupakan satu hal yang bisa melestarikan budaya tradisional Indonesia. Dikatakannya bahwa kekayaan budaya tradisional Indonesia adalah pembeda fesyen Indonesia dan fesyen negara-negara lain.

Marie Elka berharap agar buku yang diluncurkan itu dapat menambah pengetahuan pembacanya mengenai tenun dan memperlihatkan pembacanya tentang bagaimana fesyen menjadi alat pelestarian budaya. Dengan karya-karya desainer seperti Merdi Sihombing, Marie Elka yakin bahwa orang Indonesia akan bangga dengan keindonesiaannya dan semakin mencintai Indonesia.

Dalam rangka peluncuran buku ini, terdapat pula pameran tenun yang bertempat di Alun-alun Grand Indonesia pada 9 Agustus 2014 hingga 1 September 2014.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Preview Visual `Perjalanan Tenun`

Preview Visual `Perjalanan Tenun`

Waktu 10 tahun mengeksplorasi tenun-tenun tradisional Indonesia adalah waktu yang cukup panjang untuk bisa menangkap kekayaan ragam kain tenun tradisional di berbagai daerah. Keragaman itulah yang bisa ditemukan dalam buku `Perjalanan Tenun` karya Merdi Sihombing.

Akan tetapi buku ini bukan sekadar tempat untuk mendapat pengetahuan mengenai kain tenun tradisional Indonesia. Warna-warni yang ditampilkan di buku karyanya ini adalah warna-warni gagasan dari interaksi kreatifitas seorang desainer berdarah Batak dengan tenun-tenun tradisional Indonesia. Wujud gagasan-gagasan tersebut adalah rancangan-rancangan yang sebagiannya ditampilkan pada acara peluncuran buku `Perjalanan Tenun` ini.

Fashion show di acara ini berlangsung sembari sang desainer menjelaskan karya-karya yang tampil. Salah satu isu yang diangkat dalam fashion show ini adalah isu lingkungan hidup dimana pewarna yang digunakan untuk membuat kain-kain tersebut adalah pewarna alami. Contohnya adalah pewarna untuk tenun dari daerah Alor, Nusa Tenggara Timur, yang terbuat dari rebusan hewan laut, teripang. Pun demikian dengan bahan-bahan alami yang digunakan untuk membuat kain. Di Sumatra Utara, kulit kayu pohon beringin menjadi bahan dasar pembuatan kain.

Ulos, Songket Batak, Songket Melayu Langkat, Songket Batik Muara Bungo, Samping Aros suku Baduy, Ulap Doyo suku Dayak Benuaq, Tenun Nusa Tenggara Timur, dan Noken Papua adalah garapan Merdi selama 10 tahun. Ketika yang dibicarakan dalam fesyen adalah sebuah model pakaian, maka model-model pakaian yang dirancang oleh Merdi adalah model-model masa kini. Model-model yang tak hadir kala tenun-tenun itu lahir. Secara visual adalah motif-motif etnik yang dengan kuat memberi petunjuk akan identitas tradisional dari kain-kain itu.

Mengenai motif inilah, Merdi mensosialisasikan apa yang disebut dengan ethical fashion. Dijelaskan Merdi bahwa motif-motif tenun tradisional Indonesia punya cerita yang berisi falsafah yang perlu diperlakukan dengan tidak semena-mena. Kain-kain tenun yang digunakan dalam rancangan-rancangannya tidak digunting demi menjaga keutuhan cerita dan falsafahnya.

 

Preview buku Merdi dari fashion show rancangan-rancangan yang telah dibuat selama 1 dekade memperlihatkan bagaimana karya-karya Merdi mengusik (secara positif) anggapan umum tentang citra dari kain tradisional yang sudah dibubuhi konsep-konsep seperti kelampauan, berada di kubu yang berlawanan dengan moderenitas, dan lain sebagainya.

Merdi melalui karya-karyanya memperlihatkan bahwa fesyen sebagai sebuah aktivitas budaya bukan sesuatu yang pasif dan taking something for granted. Fesyen adalah tindak framing dari hal-hal yang ada. Kain tenun NTT yang diolah menjadi blazer panjang, noken Papua yang menjadi sebuah busana, dan lain-lainnya adalah hasil tindak framing Merdi pada produk tradisi masyarakat di berbagai daerah Indonesia menjadi produk-produk yang digunakan dalam tradisi masyarakat moderen.

Pada estetika dan seni, sebuah material disebut lestari ketika ia terus diwujudkan dalam aktivitas interpretasi. Dengan cara itu, kehadirannya bukan sekadar ada tapi exist, yakni keberadaan yang aktif atau tidak mati beku dalam wujud yang tak berkembang. Demikianlah tenun telah berjalan dan terus dijalankan oleh Merdi Sihombing selama 1 dekade.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini