Sukses

Ke Sumbar, Tak lengkap Bila Tak Mampir ke Istano Basa Pagaruyung

Istano Basa Pagaruyung ini dulunya ditempati oleh Bundo Kandung

Liputan6.com, Jakarta Repoter: Fitri Syarifah

Istano Basa Pagaruyung merupakan sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana yang terletak di atas bukit Batu Patah ini merupakan obyek wisata sejarah yang terkenal di Sumatera Barat.

Berbeda dengan istana yang biasanya yang ditempati para raja, menurut pemandu wisata, Basil Datuk Bungsu, Istano Basa Pagaruyung ini dulunya ditempati oleh Bundo Kandung. Bundo Kandung merupakan ibu, adik atau kakak raja. Sementara Raja sendiri tinggal di rumah biasa dengan sang istri.

Basil Datuk mengungkapkan, Istano Basa yang berdiri sekarang bukanlah yang sebenarnya melainkan replika asli. Karena sebelumnya, Istana dibakar habis pasukan Belanda pada tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar pada 1966. Pada akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum.

Namun sayang, pada 2007, Istano Basa kembali mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini termasuk dokumen sejarah dan kain-kain hiasan hangus terbakar. Kini, barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.

Meski didirikan kembali di tanah yang sama, tapi Basil Datuk mengatakan, lokasi baru didirikan agak menjauh dari jalan. Istana. "Pada 2008, istana ini dibangun kembali dengan posisi mundur 20 meter dan tidak kelihatan dari jalan, tapi tidak merubah bentuk dan ukuran aslinya," kata Basil.

Melihat pondasi istana banyak yang miring, Basil mengatakan, orang dulu tidak mengenal meteran. Mereka mendirikan istana dengan filsafat adat.

"Orang Minang membangun sesuatu mencontoh alam. Kalau diperhatikan, atap rumah gadang kayak perahu. Mereka mencontoh ujungnya yang tinggi dan tengahnya yang datar. Mereka percaya nenek moyang kita pelaut dan perahu berbentuk seperti itu," ungkap Basil saat ditanyai Liputan6.com di sela-sela kunjungan media bersama Kementerian Kesehatan ke Sumatera Barat, ditulis Jumat (23/5/2014).

Menurut Basil, tiga lantai yang dibangun raja dulu memiliki maksud tersendiri. Lantai pertama disebut juga singasana merupakan tempat Bundo Kandung melihat-lihat siapa yang datang. Bundo juga yang mengatur makanan yang diberikan untuk tamu dan mengatur tempat duduk tamu sesuai kepentingan dan darimana ia berasal. 

"Di lantai satu ini terdapat 8 kamar dan 9 ruangan. Satu ruangan digunakan sebagai tempat jalan kedapur (Selasar). Sebelah kanan disebut Pangkal Rumah dan disebelah kiri disebut juga Ujung Rumah," kata Basil.

Lantai kedua disebut juga anjung peranginan atau anjung pingitan. Disini, seseorang yang akan dijadikan Bundo Kandung akan dilantik secara agama dan ilmu khusus untuk meneruskan. Sedangkan di lantai 3 merupakan tempat yang tinggi dari yang paling tinggi, tempat pusaka diturunkan yang berarti tempatnya seorang raja akan dilantik dan diberi ilmu.

Tiap ukiran pada istana juga disampaikan Basil memiliki makna dan hikmah bagi orang Minang. Hal ini dimaksudkan agar generasi minang mengetahui asal usul adat budaya. 

Selain bangunan utama, di samping dan belakang istana ada bangunan penunjang lain seperti dapur, kamar mandi, ruang pertemuan dan surau (tempat mengaji dan shalat seperti mushala). 

 

Sedangkan di sebelah kiri depan istana juga ada yang disebut Rangkiang Patah Sembilan. Basil mengatakan, rangkiang dulu digunakan sebagai tempat penyimpanan padi dan menjadi simbol kemakmuran dan kekuatan Alam Minangkabau.

 

Bila Anda berkesempatan mampir ke istana ini, jangan lewatkan juga untuk berfoto menggunakan pakaian adat Minang. Cukup membayar Rp 35 ribu, Anda bisa merasakan sensasi menjadi permaisuri di Istana yang dibangun kokoh menggunakan kayu surian ini. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini