Sukses

Cantik Itu Menyakitkan!

`Monstrous Feminine` adalah koleksi fotografi yang menampilkan ilustrasi prosedur kecantikan yang ekstrem, merusak dan menyakitkan.

Liputan6.com, Jakarta Di kota metropolitan seperti Jakarta, pusat-pusat perawatan tubuh dan kecantikan tersebar di berbagai tempat. Para wanita urban seakan dimanjakan oleh berbagai pusat perbelanjaan untuk memenuhi keinginan tampil cantik dengan macam-macam busana dan aksesoris.

 

Kata-kata “Sale”, “Discount”, “Promo”, “Voucher” seakan sangat indah didengar dan cantik dibaca. Mari bertanya pada diri sendiri. Ritual apa yang dilakukan selama berada di salon? Dari ujung rambut hingga ujung kaki puluhan atau bahkan ratusan jenis perawatan bisa dipilih.

 

Anda mungkin merasa bahwa berlama-lama di pusat perawatan tubuh dan kecantikan adalah sebuah kemewahan. Akan tetapi fotografer asal Australia ini memiliki gagasan yang lain mengenai ritual-ritual kecantikan itu.

 

Diberi judul `Monstrous Feminine`, koleksi fotografi ini menampilkan wanita-wanita yang sedang melakukan perawatan tubuh atau menggunakan produk fashion dengan cara-cara yang menyakitkan.

 

Pada sebuah foto tampak seorang wanita di bak mandi sedang melakukan perawatan kulit menggunakan car buffer. Di foto lain tampak seorang wanita sedang memegang obeng untuk ‘membetulkan’ lehernya.

 

Stiletto dengan hak berupa pisau yang berdarah, seorang wanita dalam peti mati bertuliskan `Chanel`, proses implan payudara yang dilakukan seorang wanita dengan menggunakan pisau yang juga berdarah adalah beberapa foto lain yang ada di koleksi Monstrous Feminine.

 

Pemberitaan huffingtonpost.com sebagaimana dikutip Selasa (8/4/2014) menyebut bahwa aktivitas-aktivitas mempercantik diri yang sudah dianggap sangat normal adalah hal yang ingin diubah oleh fotografer Jessica Ledwich.

 

Karya-karya fotografi dari Jessica Ledwich menghadirkan asosiasi perawatan kecantikan dan penggunaan produk fashion sebagai sesuatu yang ekstrem, merusak dan menyakitkan. Hal ini dibuat agar para wanita berpikir ulang tentang ukuran kecantikan dan apa yang dikorbankan untuk memenuhinya.

 

“Beberapa prosedur kecantikan itu tak nyaman. Sebagian lainnya sangat berbahaya. Seperti banyak wanita lain, saya di waktu muda menghabiskan banyak waktu untuk membaca majalah fashion. Saya sangat terkejut dengan bagaimana hal-hal tersebut membentuk persepsi saya dan teman-teman saya tentang bagaimana tampil cantik,” ujar Jessica Ledwich.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengorbanan untuk Tampil Cantik

Pengorbanan untuk Tampil Cantik

 

“Menurut saya hal yang sungguh mengganggu adalah bahwa keinginan para wanita untuk melakukan perawatan kecantikan sudah sangat mengakar di kebudayaan sehingga para wanita itu tidak berpikir dua kali untuk melakukannya”.

 

Jessica Ledwich adalah seniman visual yang berbasis di Melbourne, Australia. Topik-topik kontemporer dan antropologis yang menimbulkan perdebatan menjadi topik yang sering ditampilkan melalui karya-karyanya.

 

Di bangku pendidikan, Jessica mengambil studi Performing Arts di Monash University. Mengejar ketertarikannya di dunia fotografi, ia memulai karirnya dengan menjadi fotografer fashion untuk majalah lokal. Pada tahun 2011, Australian Centre of Media Photographers memberinya penghargaan sebagai salah satu seniman berbakat di Australia.

 

Sejak zaman dahulu banyak prosedur mempercantik diri dengan gambaran-gambaran kecantikan tertentu melibatkan rasa sakit dan perusakan tubuh. Di China pada zaman dahulu kala, salah satu ukuran kecantikan adalah kaki yang kecil. Untuk mendapat ukuran kaki yang kecil ada prosedur foot-binding yakni membebat kaki tapi berdampak pada rusaknya struktur tulang telapak kaki.

 

Pada tahun 1840-an hingga 1850-an di Eropa ada prosedur kecantikan bernama Tight Lacing. Tight Lacing atau disebut juga corset training adalah tindakan mengenakan korset tali yang diikat sangat kencang agar pinggang menjadi kecil. Hal ini berdampak pada berubahnya posisi organ-organ dalam tubuh yang dapat berakibat pada gangguan kesehatan.

 

Wanita suku Kayan di Myanmar menggunakan kalung yang terus bertambah sejak usia 2 tahun hingga 20 tahun. Hal ini membuat leher para wanita tersebut terlihat lebih panjang. Jika kalung sudah mencapai panjang tertentu dan dilepas, leher akan tidak mampu menyangga kepala sehingga berdampak pada kesulitan dalam bernapas.

 

Pada zaman moderen di mana teknologi canggih berkembang dan aspek kesehatan lebih diperhatikan dalam prosedur-prosedur perawatan kecantikan, aspek rasa sakit atau tidak nyaman masih tertinggal dalam banyak hal. Contoh sederhana adalah waxing untuk membuat tubuh mulus tanpa bulu atau penggunaan sepatu hak tinggi.

 

Selalu ada pengorbanan untuk mencapai satu hal, termasuk dalam hal kecantikan. Batasannya adalah kesehatan. Perihal kemanusiaan, tiap orang perlu bertanya bagaimana posisi nilai kecantikan fisik tersebut di antara nilai-nilai lain yang diperlukan untuk membuat hidup ini menjadi cantik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini